Minggu, 23 Juli 2024 liburan di Labuan Bajo berakhir, hari ini kami harus bisa nyebrang ke Pelabuhan Sappe. Ya ini adalah moment yang sangat dramatis bagi keluarga kami. Bayangkan, penyeberangan Labuan Bajo ke Pelabuhan Sappe, Bima di Pulau Sumbawa hanya dilayani sekali dalam sehari dan itupun tidak tiap hari. Dalam seminggu, kapal ferry ukuran kecil itu hanya beroperasi 5 (lima) hari saja. Kalau hari ini gagal nyebrang bisa dipastikan jadwal liburan kami akan berantakan karena harus menunggu keesokan harinya untuk nyebrang dan itupun tidak ada jaminan mobil kami dapat diangkut, karena itu tadi, kapalnya kecil dan banyak kendaraan yang akan nyebrang ke Sumbawa. Hari itu saja, ada 3 (tiga) truk tangki BBM Pertamina yang akan menyeberang ke Sappe. Mobil kami masuk dalam daftar waiting list. Saya terus berdoa semoga hari ini bisa nyebrang. Beruntung mobil kami Xenia yang body-nya tidak lebar dan panjang. Kalau mobil kami sekelas Pajero, wassalam sudah.
Kami
nyebrang sekitar jam 10 pagi dan merapat di Sappe pas azan maghrib
berkumandang. Alhamdulilah akhirnya sampai di Pulau Sumbawa. Sebelum
melanjutkan perjalanan kami sempatkan dulu untuk mengisi perut karena dari
siang kami belum makan. Kami pilih rumah makan padang yang lokasinya terdekat
dari gerbang Pelabuhan Sappe. Setelah makan, kami lanjutkan perjalanan menuju
kota Bima, dimana istri sudah memesan hotel di pinggiran kota Bima. Hotel
Marina Inn namanya,lokasinya persis di ruas Jalan Bima Dompu, di tepi Pantai.
Senin, 24
Juli, setelah mengisi full bensin di pom bensin dekat hotel, kami langsung
beranjak menuju ke Dompu. Di Tengah perjalanan Razijed ingin ke Doro Canga,
savana terbesar di Sumbawa tempat ratusan sapi dan kuda di gembalakan secara
liar. Namun karena salah membuka map akhirnya kami nyasar di wilayah yang masih
di kabupaten Bima, bukan di Dompu. Usut punya usut ternyata nama Ncanga itu
banyak dijumpai di map, di pulau Sumbawa. Rugilah kami punya waktu. Sekitar 1,5
jam perjalanan terbuang percuma. Setelah menemukan map yang benar, langsung
tancap gas ke Doro Ncanga yang sebenarnya yang lokasinya merupakan jalur pintu
masuk pendakian ke Gunung Tambora. Doro Ncanga ini masuk dalam Kawasan Taman
Nasional Gunung Tambora.
Sebelum
masuk ke jalur jalan yang menuju kesana, kami sempatkan untuk makan siang di warung
yang menjual ayam bakar di tepi jalan sebelum masuk kota Dompu. Tusukan daging
dan bakarannya unik. Ayam dipotong dengan ukuran yang besar lalu ditusuk
seperti tusukan sate. Kami pesan 3 tusuk dengan 5 piring nasi. Sangat murah.
Total hanya sekitar 70 rb an.
Setelah
makan, barulah kami masuk kota Dompu dan mengambil arah ke Doro Ncanga.
Jalannya mulus. Di sebelah kiri adalah hamparan pantai Teluk Saleh, sebelah
kanan adalah padang Savana. Kami melewati mata air, atau kalau di Jawa di sebut
Umbul Hodo di tepi Pantai Hodo. Dari Pantai Hobo, kurang lebih 10 KM kami masih
terus ke arah barat daya. Kami berhenti untuk sholat di kawasan padang savana Doro
Ncanga. Setelah ambil video dan photo kami putar balik. Sebenarnya pintu masuk
pendakian ke Gunung Tambora masih sekitar 5 KM-an dari lokasi kami istirahat
sholat. Namun karena dikejar waktu harus sampai di Kota Sumbawa Besar jam
19-an, akhirnya kami gak lanjut terus.
Perjalanan
arah balik kami tempuh sekitar 45 menit hingga sampai di batas kota Dompu.
Kalau lurus ke Kota Dompu, belok kanan arah menuju ke Sumbawa Besar. Waktu
sudah pukul 16.an. Di google map diinfokan masih 4 jam-an lagi untuk sampai di
Sumbawa Besar.
Beruntung
hari masih terang hingga kami bisa melewati dan melihat jalur puncak Nanga
Tumpu di ruas jalur Dompu Sumbawa Besar. Sungguh pemandangan yang indah.
Sepanjang perjalanan kami dimanjakan dengan keindahan alam ciptaan Allah.
Sebelum
masuk ke Kota Sumbawa Besar kami makan malam nasi goreng Surabaya. Lupa saya
catat dimana Lokasi tepatnya, namun sekitaran 1 jam sebelum masuk kota (hotel)
kayaknya.
Kami
menginap di Samawa Transit Hotel, dekat dengan bandara Sumbawa Besar. Ya, hotel
transit ini bersebalahan dengan hotel Kaloka Airport.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar