Rabu, 09 September 2015

PTSP

Kalau dibilang enakan mana, dulu dengan sekarang? Ya jelas enakan sekarang. Nyantai. Hanya duduk manis, sesekali membuat laporan dan brief review, dan tentu saja mendengar keluh-kesah dan ‘sumpah serapah’ atau curhatan para klien. Karena kerjaan sekarang beda dengan dulu, maka semakin banyak klien yang datang, makin banyak pula poin yang saya peroleh.

Nah, bicara tentang suka duka menghadapi klien tentu ada. Namanya juga orang kerja, tentu ada enak dan gak enaknya. Sukanya, jika para klien yang datang itu –tentunya-- yang gadis atau usia 40 kebawah, dan mukanya enak dipandang pula, hehehe.. (Siapa sih yang gak suka sama wanita cantik) :p  Nah, menghadapi mereka, kadang saya sering ngajak bercanda. Ya, hitung-hitung biar gak tegang. Maklum, kebanyakan yang datang ke sini, datang dengan muka tegang, rada formal dan kaku. Mungkin bagi mereka, datang ke kantor pemerintahan itu gimana gitu, merasa takut salah atau takut dipersulit. Untuk membuat mereka feel at home, sering sy ajak mereka tuk bercanda:

Klien (K) Pak, sy mau nikah?
Saya (S) ”Sama siapa?”—“ Lha bukannya kemarin udah nikah?” – “Alhamdulillah akhirnya nikah juga”
Atau dengan kalimat yang rada bak seorang psikolog: “Bener neh, serius mo nikah? berat lho orang berumah tangga..”
Atau kasih komen yang menyanjung calon dari klien (biasa, kasih dia pujian, biar ge-er, hehe) “Ohh calon mba itu ganteng lho, beruntung sekali mba dapet dia, dsb dsb

Di lain waktu ada yang datang.
(K) “Pak KTP saya hilang.. mo buat gantinya bisa gak?”
(S) “Lho kenapa dihilangin? Makanya KTP jangan dibawa2 pergi, nanti kalo jatuh gimana..?”
(S) “KTP tuh jangan taruh di dompet, nanti kalo dompetnya di copet gimana?”
(dengan nada bak orang tua menasehati anak gadinya, hehe)

Ada lagi yang datang.
(K) “Pak, sy mo perpanjang makam?”
(S) “Lha, emang mba udah pernah masuk ke liang lahat?”
(S) “Sempit ya mbak? Mau diperpanjang berapa meter?” hehe..

Namun. Nah ini namunnya, kadang kerjaan ini menbosankan. Membosankan dikala yang datang adalah pengurus RT/RW yang sudah tua dan ringkih. Maklum aja, banyak klien yang kerja dan gak mau repot datang ke sini. Walhasil, urusannya diwakilkan atau bahasa resmi-nya di-delegasikan ke pengurus RT/RW yang notabene para pria, sudah pensiun dan gak ada kerjaan. Pendelegasian ini memang sangat membantu para pengurus RT/RW. Ya, ketimbang mereka gak ada kerjaan, ya sesekali datang ke kantor saya tuk dines atawa kerja sebagai petugas/pengurus RT/RW. Dan, hal ini tentunya menjadi lahan objekan si pengurus RT/RW. Harap maklum, TST, setiap jasa tentu ada uang terima kasihnya, hehe. Bagi sya sih gak masalah, ya itung-itung bagi2 rezeki dikalangan warga.. Menghadapi mereka, karena sudah kenal sama kenal, praktis gak ada becanda2an. Yang ada hanya dialog datar.

(S) “Urusan apa lagi Pak Marno?” atau “Tumben cuma ngurus satu berkas”
(RT) “Ini Pak Bagyo mo izin nutup jalan, mo ngawini anaknya.
(RT) “Pak Rahmat, tolong buatin SKU, ini berkasnya”
(S) “Ntar dulu ya, sy ngeprin SKCK dulu” atau
“Ini lengkapin dulu, blom di tandatangan ama yang bersangkutan.”
(S) “Orang tuanya masih hidup?”
(RT). Pak Rachmat makasih ya..
(S) “Iya, hati-hati..”