Bagi sebagian ekspatriat,
alias bule yang bekerja di Jakarta, mendengar nama Kemang tentu tidak asing di telinga
mereka. Banyak ekspatriat yang tinggal di Jakarta memilih Kemang sebagai tempat
tinggalnya. Wilayah ini memang cocok untuk hunian. Hanya berjarak lebih kurang 5
kilometer dari pusat bisnis dan perwakilan kantor-kantor asing di Jakarta
--Sudirman dan Rasuna Said-- Kemang menyajikan kenyamanan dan ketenangan.
Selain Menteng, Jakarta Pusat, di kawasan Kemang Dalam misalnya, akan ditemukan
suasana yang nyaman, tenang, dan sejuk rindang, yang akan membuat mereka yang
tinggal merasakan kebanggaan tersendiri berada dalam salah satu lingkungan
prestise Jakarta.
![]() |
Buah Kemang; |
Menyusuri sepanjang jalan
Kemang Raya akan tampak gemerlap suasana kehidupan yang dinamis. Deretan tempat
usaha mulai dari hotel, bank, sekolah, tempat makan, café, dan toko-toko yang
menyajikan beragam kebutuhan bagi kalangan sosialita Jakarta dapat dijumpai di hamparan
jalan sepanjang 2 kilometer ini. Bahkan, kebutuhan untuk memanjakan hidup, mulai
dari perawatan tubuh hingga perawatan hewan dan kendaraan ada di sini. Kemang
boleh dikatakan the downtown never sleep.
Sebagian dari kita banyak
yang tidak mengetahui dimanakah Kemang berada, dalam arti, Kemang masuk
wilayah mana? Mereka menyangka Kemang itu juga adalah nama kelurahan di
Jakarta. Maklum saja, mereka tidak mengenal wilayah Bangka, yang menjadi nama
sebuah kelurahan yang menaungi kawasan Kemang. Kemang lebih terkenal ketimbang
Kelurahan Bangka itu sendiri. Padahal, tidak ada kelurahan Kemang, namun yang
ada Kelurahan Bangka. Ya, Kemang berada di Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan. Nama Kemang sendiri berasal dari pohon Kemang, sejenis
pohon mangga yang tingginya beberapa meter dan berdaun lebat yang dulunya
banyak dijumpai di kawasan Kemang. Namun sayangnya, saat ini tidak dijumpai
sama sekali pohon kemang. Kawasan Kemang sendiri dulunya hanya mempunyai 2
(dua) kampung, Yakni Kampung Kemang dan Kampung Kebon. Kampung Kemang terbentang
mulai dari Kem-Chic sampai dengan Jalan Kemang Selatan I. Lalu dari Jl. Kemang
Selatan I kearah selatan menyusuri Jl. Kemang Raya hingga Jl. Kemang Selatan
dinamakan Kampung Kebon. ‘Pusat pemerintahan atau pusat keramaian’ Kampung
Kebon ada disekitar Jl. Kemang Selatan IX, persisnya dekat dengan Musholla
Al-Istiqomah. Dulunya, bila kita naik kendaraan umum dari Blok M atau dari
Pasar Minggu, maka bila kita hendak turun di (saat ini) Jl. Kemang Selatan IX
dan X, maka kenek akan berteriak: “Kebon kebon…” Sedangkan pusat keramaian
Kampung Kemang ada disekitaran Mc-Donald saat ini, dan kenek biasanya menyebut:
“Kemang satu Kemang satu..”
Semula, sekitar tahun 60-an,
kawasan ini adalah wilayah satelit penyangga dari wilayah Kebayoran Baru, suatu
kawasan yang mulai dikembangkan pada tahun 50-an. Jalan raya yang dibangun
--menuju arah kota-- pada masa itu hanya sampai Jalan Prapanca (Kebayoran Baru)
yang langsung berbatasan dengan pinggir Kali Krukut dan belum tembus sampai
Kemang. Saat itu, bila hendak ke ‘kota’ maka penduduk Kemang terpaksa harus
menyebrangi Kali Krukut yang berarus deras saat musim penghujan tiba. Seiring
dengan perkembangan kota yang mengarah ke selatan, kawasan perkebunan ini mulai
dilirik oleh para ‘pengembang’ untuk dikembangkan sebagai tempat tinggal dan
hunian untuk kaum menengah keatas. Ini lantaran masih rimbunnya kawasan ini
dengan pepohonan dan rumah-rumah penduduk asli Betawi dengan pekarangan yang lebar
serta luas, dan yang terutama adalah letaknya yang tidak jauh dengan pusat kota
(Jl. Sudirman dan JL. Rasuna Said)
Perkembangan kawasan Kemang
bermula sekitar tahun 70-an saat terjadi pembangunan perumahan secara
besar-besaran di kawasan --yang saat ini dikenal dengan nama-- Jalan Kemang
Dalam. Tak mau kalah dengan pengembang, maka warga pribumi Kemang pun
mengontrakkan tanahnya kepada pemilik modal agar dibangun menjadi rumah gedung
untuk disewakan kepada para ekspatriat yang ada di Jakarta. Paling kecil, satu
kavling hunian di Kemang seluas rata-rata 1000 meter persegi, suatu luasan yang
sangat cocok untuk para expatriate tinggal dan bermukim.
Maka, makin banyaklah hunian
untuk ekspatriat yang tersedia. Kini, 40 tahun kemudian, kawasan seluas 200
hektare ini menjelma menjadi tempat bisnis, hiburan, dan kuliner yang
menyediakan aneka kebutuhan bagi kalangan sosialita dan ekspatriat yang ada di
Jakarta.
Sejak tahun 2000-an Kemang
menjadi salah satu tempat nongkrong favorit bagi sebagian expatriate dan anak
muda Jakarta. Selain Kemang, tentu ada pula tempat favorit lainnya. Namun
Kemang menawarkan nuansa dan atmosphere
yang berbeda ketimbang lainnya. Banyaknya tempat makan dan café dengan style
anak muda membuat Kemang menjadi pilihan yang menarik. Disini, sekelompok anak
muda dan ekspatriat di akhir pekan kerap berkumpul menyeruput kopi,
bercengkrama dengan sesama menghabiskan malam hingga pagi menjelang.
Kendati suasana jalan Kemang
Raya telah jauh berubah dibanding sebelum tahun 90-an --saat belum bermunculnya
beragam tempat usaha-- namun kawasan Kemang tetap menjadi hunian ekslusif dan
nyaman bagi para ekspatriat yang tinggal di Jakarta. Maka selain jalan Jaksa, Menteng, Jakarta
Pusat, di Kemang lah kita akan menjumpai
para bule berlalu lalang di jalan
raya dengan nyamannya.
*Sumber:
- Seperti yang dialami oleh penulis dan dikisahkan oleh para orang tua di Kemang.
- Sebagian isi pernah dimuat di Majalah all about Kemang, edisi Maret-April 2003;
- Tulisan pernah dimuat di Majalah Media Jaya edisi 02/2015
Foto :
buah kemang sumber: http://www.indahnyaindonesia.web.id/2014/03/kemang-flora-khas-kabupaten-bogor-yang-mulai-langka/