Akhirnya, hari yang dinantikan itu tiba. Rabu, 14 Desember 2022, tepat pukul 06.00 kami berlima, healing menuju Bali. Sebelum berangkat, saya pastikan dulu kondisi mobil harus prima sempurna. Cek tekanan ban, ganti aki, dan isi full bensin. Dan, jangan lupa isi e-toll, tentunya. Syukur alhamdulillah cuaca hari itu cerah bersahabat. Kalau biasanya di Tol Cikampek, perjalanan arah ke Jawa akan tersendat di KM 47 hingga 65, namun kali ini lancar jaya. Kami tiba di KM 376 pada pukul 10.54 menit untuk beristirahat sekaligus menuhin tanki bensin. Setelah itu, tancap gass langsung menuju Boyolali untuk ngisi perut, hehe. Rumah makan yang kami tuju adalah Soto Fatimah di Jl. Pandanaran, Boyolali Kota, sekira 4,1 Km atau 10 menit selepas exit tol Boyolali. Selepas itu, kami berhenti kembali ‘tuk sholat jamak di Masjid yang searah dengan pintu masuk tol.
Karena perut dan mobil sudah terisi energy, maka selepas Solo, saya pacu kecepatan kendaraan rata-rata 110 hingga 130 KM per-jam. Maklum, begitu masuk wilayah Jawa Timur, kendaraan relative tak seramai di Jawa Tengah. Alhamdulillah, kami tiba di Hotel Namira Syariah, yang lokasinya bersebelahan dengan jalan tol dan masjid AL-Akbar Surabaya sekitar jam 17.00. Istri langsung cek in, sedangkan saya, masih dibelakang kemudi, rehat sejenak, meluruskan kaki yang pegal lantaran terus-terusan menginjak pedal gas.
Malam ini saya keluar untuk cari makan. Tujuan saya adalah rumah makan yang menjual nasi kebuli, Ya, ini akibat pengaruh flyer nasi kebuli murah di lobby hotel. Nasi kebuli gak dapat, namun dapatnya malah nasi mandhy. Saya beli 3 box, plus nasi pecel ayam pesanan istri. Sisa nasi mandhi yang tak habis kami santap, kami simpan untuk bekal sarapan besok hari.
Pagi-pagi sekali, selapas shubuh dan sarapan, sekitar jam 05.30, langsung kami cek out menuju ke Banyuwangi. Jalan Tol masih lenggang. Hanya butuh waktu 1 jam lebih sedikit, kami sudah keluar tol Probolinggo Timur, tol paling ujung di Pulau Jawa. Keluar Tol, akan ketemu pertigaan, kiri ke arah Jember/Lumajang, kanan ke Situbundo/Banyuwangi.
Ruas jalan Situbundo - Ketapang
Selepas tol, tibalah perjalanan yang sesungguhnya, menyusuri jalan Deandels, Anyar - Panarukan, sejauh puluhan kilometer. Disini saya tidak bisa ngebut. Harus banyak istigfar dan sholawatan. Maklum, yang kami hadapi adalah truk gandeng dan truk colt pengangkut barang, plus jalan yang relative tidak terlalu lebar. Butuh kesabaran dan ketenangan. Nyopir di jalur ini paling cepat hanya 70 Km, selebihnya balik lagi ke angka 40 Km/perjam. Kalau di rata-rata untuk rute Probolinggo – Situbundo cuma di kisaran 40 hingga 50 Km/jam.
Saya sengaja ngebut, (ngotot tuk ngebalap truk dan bus) karena hari ini, tujuan yang saya incar adalah Taman Nasional (TN) Baluran yang lokasinya sejalan dengan pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Saya rencanakan, kalau bisa sampai di Baluran sebelum Zuhur, maka kami punya waktu yang cukup tuk explore TN tersebut. Alhamdulillah sekitar jam 10.20 kami tiba di Pintu Masuk TN Baluran. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar