Rabu, 08 Juli 2015

Soto dan Asinan Betawi

Kuliner yang berani menyandang nama etnisnya.

Soto. Makanan berkuah ini sangat terkenal bukan saja di Jakarta bahkan menjadi kuliner andalan daerah-daerah lain di Indonesia. Sebut saja yang terkenal dan banyak di jumpai di Jakarta seperti; Soto Kudus, Soto Lamongan, Soto Padang, dan Soto Bogor. Nah, Jika daerah lain memakai nama kota sebagai nama soto-nya, namun tidak demikian dengan Jakarta. Makanan berkuah yang kental dengan aroma rempah dan santan ini tidak dinamakan dengan soto Jakarta, namun merujuk pada etnis asli Jakarta yakni Betawi. Jadilah namanya “Soto Betawi”.

Bagi anda pecinta kuliner dan senang berburu sajian kuliner yang menggugah rasa dan selera, tentu tidak lah sulit untuk membedakan antara sop (betawi) dan soto (betawi). Meski sama-sama berkuah dan berkaldu --dengan bahan utama berisi irisan daging-- namun sop (betawi) dan soto (betawi) mempunyai perbedaan rasa dan aroma yang kontras. Biasanya sop (betawi)  berkuah bening, alias tanpa santan, sedangkan soto (betawi)  memakai santan yang sangat kental. Namun, pakem ini tidak berlaku untuk penyebutan soto khas dari suatu daerah. Soto Kudus misalnya, ia berkuah bening. Demikian pula Soto Bogor dan Soto Lamongan. Semuanya nyaris tanpa santan. Nah, untuk kita para pecinta kuliner khas betawi, maka jangan sampai salah untuk membedakan penyebutan sop (betawi) dan soto (betawi) bila memesan makanan di rumah makan khas Betwai yang tersebar di Jakarta. Ingat, keduanya berbeda.

Soto Betawi, --selain gado-gado-- tentunya menjadi trade mark dan legacy aneka kuliner asli Jakarta. Dari namanya yang mewakili etnis, tentu akan lebih nikmat jika olahan soto ini dibuat langsung oleh orang Betawi asli. Untuk rasa memang tak mengenal kompromi. Rasa adalah nomor satu. Banyak pengunjung yang rela antri agar dapat menikmati lezatnya soto Betawi (asli) saat jam makan tiba. Ini bisa dilihat di beberapa warung makan Soto Betawi terkenal seperti di kawasan Pondok Pinang, Kebayoran, dan Manggarai, Jakarta Selatan.

Makin terkenal warung soto-nya, makin mahal pula harga untuk se-porsi soto yang ditawarkan. Soto yang enak biasanya mempunyai kuah santan yang kental dengan rasa rempah-rempah yang ‘nendang’. Biasanya kisaran harganya  15 hingga 35 ribu per porsinya. Meski tergolong mahal, namun tak menyurutkan pecinta kuliner untuk berburu dan menyantap soto kegemaran mereka. Harga nomor sekian, asalkan rasanya enak. Meski begitu, adapula warung atau rumah makan yang menyajikan Soto Betawi bagi mereka yang berkocek tipis. Soal rasa, ya lumayan lah. Untuk soto Betawi level ini biasanya dijual dengan harga berkisar 12 hingga 18 ribu per porsinya.

Biasanya salah satu ciri warung Soto Betawi adalah adanya toples yang berisi racikan acar sebagai penambah selera atau kudapan penutup sehabis bersantap soto. Konon, acar ini disediakan sebagai penawar atau penetralisir rasa kuah santan yang menyengat. Acar ini terdiri dari timun dan wortel yang diiris kecil berbentuk dadu dengan campuran air cuka, cabe rawit, dan bawang merah mentah.

Uniknya, tidak seperti soto dari daerah lain di Nusantara, Soto Betawi (asli) tidak memakai ayam sebagai menu utamanya, namun selalu memakai daging sapi atau kerbau yang digoreng kering. Disamping itu, irisan kaki, babat, otak, torpedo, dan paru kerap disajikan sebagai pendamping dari daging, tergantung dari selera penikmat. Dengan olahan bumbu bersari santan kelapa kental dengan kuah berwarna kuning kemerah-merahan, Soto Betawi akan nikmat dimakan sewaktu jam makan siang ataupun malam hari.

Selain gorengan dari daging kerbau atau sapi, semangkuk atau satu porsi Soto Betawi akan berisi irisan tomat segar, daun bawang, potongan kentang goreng, plus taburan emping. Tak ketinggalan pula sebotol kecap manis dan seiris jeruk limau sebagai penambah citarasa. Soto Betawi selalu disajikan dengan seporsi nasi putih hangat dengan taburan bawang goreng diatasnya.


Asinan Betawi dan Rujak Buah

Selain Asinan Bogor yang sudah lebih dulu melegenda, Jakarta juga memiliki asinan dengan aroma dan rasa yang khas. Ya, Asinan Betawi. Pada dasarnya Asinan Betawi adalah perpaduan  aneka sayuran seperti timun, kol, dan tauge yang diiris tipis. Aneka sayuran itu kemudian disiram dan diberi kuah dengan warna coklat kemerah-merahan. Kuah ini adalah bumbu utama penyegar rasa hasil campuran dari cuka aren, gula merah, aneka bahan alami lainnya, dan kacang tanah.

Selain asinan sayur, ada pula asinan buah. Kuah dasarnya nyaris sama, hanya berbeda pada isinya. Biasanya buah yang digunakan adalah nanas, kedondong, dan bangkuang. Asinan khas Betawi ini banyak dijumpai di lingkungan dengan mayoritas penduduk ber-etnis betawi seperti kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat dan Condet di Jakarta Timur. Asinan Betawi selalu memakai kerupuk kuning dan taburan kacang tanah sebagai pelengkapnya.

Satu porsi asinan atau rujak buah biasa dijual seharga 10 ribu hingga 15 ribu rupiah tergantung dari banyak tidaknya aneka campuran buah yang digunakan. Makin beragam dan segarnya jenis buah yang digunakan, maka makin mahal pula harga yang dikenakan. Umumnya, buah yang dipakai adalah buah dengan rasa yang manis dan keasam-asaman, seperti mangga muda, kedondong, nanas, pepaya, jambu air, jambu biji, belimbing, bangkuang, mentimun, melon, dan jeruk bali.

Maka tak lengkap rasanya bisa sehabis makan Soto Betawi tidak mencicipi Asinan Betawi sebagai desert-nya. Inilah kedua kuliner dengan rasa betawi yang menggoda selera.

Berani mencoba?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar