“Ayah, mengapa
kita tak mengajak Nenek”? Itulah salah satu pertanyaan yang
dilontarkan anak saya tatkala kami berlibur ke Bali, hanya berempat. Ya, untuk
kali ini kami memang tak mengajak Nenek atau Mbah Kung berlibur bersama, karena
Bali, sudah terlalu mainstream bagi
mereka. Hampir semua tempat di Bali sudah mereka kunjungi. Pertanyaan itu
tercetus lantaran hampir setiap liburan keluarga, pasti Nenek (ibu saya) ikut. Kami
merasa berlibur tanpa kehadiran Nenek terasa ada yang kurang. Selain Nenek, secara
bergantian kami juga mengajak Mbah Kung (bapak dari istri saya). Kadang juga
keduanya kami ajak bersama-sama.
Mungkin bagi banyak orang, pergi berlibur dengan mengajak orang
tuanya akan menambah pengeluaran dan merepotkan lantaran harus membawa orang (nenek/kakek)
yang sudah sepuh dan lanjut usia. Saya katakan, itu tak benar! Pasti akan ada
uang dan rezeki untuk membelikan mereka tiket. Dan, memang selalu ada, tak
pernah kami kehabisan uang karena ngajak
Nenek atau Mbah Kung. Selama berlibur, tak pernah mereka sakit atau bikin repot.
Kalaupun capek, mereka biasanya hanya duduk menunggu di bangku taman, melihat
cucu-cucunya berenang atau bermain.
Saya katakan ke istri, selagi Nenek atau Mbah Kung mau diajak
pergi dan fisiknya kuat, pasti akan saya ajak. Ini merupakan janji dan bentuk bakti
serta kecintaan saya pada mereka. Saya sadar, saya tidak dapat kasih apa-apa ke
mereka. Kasih uang? Mereka punya. Kasih kejutan saban bulan? Saya bukan tipe pria romantis. Ngajak makan di restoran? Gak
selalu menu di restoran sesuai dengan selera mereka yang berlidah kampung. Maka
hanya (ngajak) berlibur-lah yang bisa saya banggakan sebagai
amal bakti saya pada mereka.
Saya tahu, tak semua istri akan merasa nyaman jalan-jalan dengan
mengajak mertuanya, apalagi mertua perempuan. Manusiawi memang. Ada rasa
cemburu bagi istri karena kita lebih perhatian ke ibu kita. Namun syukur alhamdulilah istri saya tak
demikian adanya. Bahkan, pernah suatu kali kami berlibur tanpa mengajak Nenek atau
Mbah Kung, ada rasa yang kurang sempurna. Kurang rame. Justru kehadiran mereka membuat liburan keluarga tambah
semarak. Ada yang bisa di’bully’ oleh
anak-anak saya. Ya, Nenek dan Mbah Kung-nya,
hehe..
Saya katakan kepada istri, selagi saya ada uang, kuat dan sehat, tentu
akan selalu saya ajak mereka berlibur, naik pesawat, pergi ke tempat-tempat
yang belum pernah mereka injak, sesering mungkin. Mengapa? Saya tahu dimasa
mudanya mereka kurang piknik. Jarang jalan-jalan. Mereka terlalu letih untuk
bekerja, dan keseringan berpikir bagaimana membiayai kita agar tetap bisa
sekolah. Bahkan, untuk jalan-jalan ke Ancol atau Kebun Binatang, Ragunan pun
bisa dihitung dengan jari. Kini, jangankan itu, Bali, Puncak, dan Bandung
rasanya sudah bosan.
Saya percaya, salah satu obat mujarab untuk selalu tetap sehat dan
bugar adalah dengan jalan-jalan. Bagi orang yang sudah sepuh macam Nenek dan
Mbah Kung, kebanyakan berdiam di rumah (jarang jalan-jalan) tentu akan membuat
mereka gampang stress. Saya meyakini,
jalan-jalan bisa menenangkan pikiran, membuat badan dan perasaan (psikis) mereka akan selalu sehat
terjaga.
Saya tidak akan menunggu punya uang banyak untuk mengajak Nenek
dan Mbah Kung jalan-jalan. Saya bilang ke istri, ketimbang Nenek dan Mbah Kung
sakit karena pikiran stress, lebih baik uang itu kita habiskan untuk mengajak
mereka menginap di hotel, dimana anak-anak bisa berenang disana. Lebih baik
uang itu kita belikan tiket pesawat untuk pergi ke tempat yang jauh dari rumah,
yang belum pernah mereka samperin. Melihat
suasana dan hal-hal baru di negeri orang, yang tak pernah mereka lihat dan
jumpai di kampung atau rumah.
Saya bisikkan ke telinga anak-anak, selagi Nenek dan Mbah Kung
masih ada, selama itu pula kita akan jalan-jalan bersama mereka. Ini juga saya
tekankan pada istri. Saya bilang ke istri, bahwa saya ingin mencontohkan pada
anak-anak bagaimana saya berbuat pada Nenek dan Mbah Kung mereka. Kalau saat
ini saya dan istri hanya sanggup mengajak jalan-jalan orang tuanya paling jauh
ke Singapura dan Kuala Lumpur, tentu kami berharap kelak anak-anak kami akan
mengajak kami jalan-jalan keliling Eropa, Amerika, bahkan Kutub Utara, ke
tempat-tempat yang belum pernah kami singgahi, ke negeri yang selama ini hanya
terlihat di film-film atau foto-foto di instagram milik selebritis terkenal
dunia.
Saya percaya karma atau hukum timbal balik itu nyata dan ada. Bila
kita berbuat baik pada orang tua kita, anak-anak kita pun kelak akan berbuat baik, menjadi anak yang sholeh/ah dan memperhatikan kita, ketika kita sudah tua nantinya. Dan,
bila kini kita mengajak berlibur orang tua kita, akan tiba masanya, ketika kita
tua dan menjadi kakek/nenek, pasti anak-anak kita akan mengajak kita
jalan-jalan. Mereka mencontoh dan melihat apa yang kita perbuat pada Nenek dan
Mbah Kung-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar