Kamis, 04 Januari 2018

Kunjungan Pihak Kedubes USA ke Kantor

Saat itu selepas Sholat Jumat. Maret, sekira awal-awal bulan. Waktu itu kami (saya dan Pak Jum, selaku Kabid PP dan PA) sedang padat-padatnya kegiatan dan kerjaan. Ya, meski masih awal tahun anggaran, dalam arti, belum ada kegiatan yang bisa dilaksanakan, tidak lantas hari kami kosong tanpa kerjaan. Justru di bulan Februari dan Maret 2015 itu, kami disibukkan dengan proyek pengerjaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak, (RPTRA) yang menjadi ‘anak emas’ atau program unggulannya Bu Vero, selaku Ketua TP PKK Prov. DKI Jakarta. Hampir tiap hari, saya dan Pak Jum (tentu Bu tantri, --selaku Kasubid LPA juga--, namun beliau lebih banyak di kantor dan mengurusi kerjaan lain, seperti kasus Pupellla dsb) pontang panting menginisiasi proyek tersebut lantaran ini adalah pilot project untuk pembangunan ratusan RPTRA berikutnya. Harap maklum, kami hanya berdua saat itu lantaran Ewi, partner saya, sedang cuti melahirkan. Jadilah tiap hari, kami, berpindah tempat dari satu palagan ke palagan lainnya –berkoordinasi-- hanya untuk menyiapkan RPTRA ini.
                     
Seperti biasa, sehabis sholat Jum’at ditegakkan, saya makan siang. Namun, kali ini Pak Jum ikut serta. Jadilah kami makan bersama di Soto Mas Hari, Cempaka Putih. Nah, ditengah-tengah santap makan itu, Bu Evi mengabarkan bahwa orang dari Kedutaan Amerika sudah datang di Kantor. Oh ya, sebelumnya memang saya sudah denger selentingan kabar bahwa akan ada pihak dari Kedubes USA yang mau datang ke kantor untuk membicarakan masalah kerjasama atau apalah namanya dengan Bidang PP. Jujur, saya tidak terlalu antusias dan berprasangka macam-macam dengan kehadiran mereka. Alih-alih merasa senang atau sudah ada gambaran akan ada good news dari kehadiran mereka, yang ada dibenak saya –saat itu-- mungkin pertemuan biasa saja. Walhasil, selepas makan, bergegas lah kami ke kantor menemui mereka.

Merasa ini adalah pertemuan tingkat pejabat, maka saya pun tidak terlalu aktif atau sengaja melibatkan diri. Biarkan saja Pak Jum beserta para Kasubid menemui mereka. Namun tatkala saya bersiap membuka file di komputer, seraya berdiri dari ruangannya yang memang terlihat dari posisi duduk saya, Pak Jum memanggil saya. “Mas Rachmat, tolong kemari.” Saya tahu maksud panggilannya. Tentu saya diminta untuk menerjemahkan maksud dan kehendak para pihak (Pak Jum Cs, serta Kedubes USA) dalam berkomunikasi. Ya, meski pihak Kedubes Amerika menyertakan Bu Kus Wahyuni sebagai penerjemah dari Ms. Stephanie M Stallings, namun tampaknya Pak Jum mempercayakan saya untuk mendampinginya. Meski bahasa Inggris saya tidak bagus-bagus amat, namun saya yakin bahasa Inggris saya tentu bisa mengimbangi eksen amerika-nya Ms Stephanie, hehe.. 

Di ruang Pak Jum, selain para Kasubid yang hadir tampak pula 2 (dua) orang wanita. Satu orang kita (Indonesia), dan yang lainnya bule cantik. Mereka memperkenalkan diri. Kami pun balas memperkenalkan diri. Lalu, tanpa basa-basi saya tanya maksud kedatangan mereka. Dengan sigap, Ms Stephanie selaku Political Officer Kedubes Amerika di Jakarta menjelaskan apa itu International Visitor Leadership Program (IVLP). Inti pembicaraan yang saya tangkap adalah pihak Kedubes USA akan mengundang atau meminta 1 (satu) nama dari Bidang PP dan PA untuk berkunjung ke USA mengikuti program dimaksud. “Wah program apa lagi tu,” batinku. Selepas penjelasan, terjadi dialog. Ya semacam tanya jawab mengenai program dan semacamnya. Namun saya enggan menelisik lebih jauh tentang apa itu IVLP, takut semakin mupeng. Jujur, mendengar penjelasan dari Ms. Stephanie M Stalling, hatiku berdetak kencang. Widihh ke Amerika.. Gratis, selama 3 minggu. Ckck.. Namun saya sadar, siapa lah saya yang hanya staf biasa di kantor. Kalaupun saya ada kelebihan dan potensi ketimbang staf lainnya tapi itu pun masih jauh untuk membayangkan bahwa saya lah yang nantinya ditunjuk pergi ke Amerika mengikuti seleksi program IVLP tersebut.

Pertemuan yang singkat itu pun usai. Saat escort (mengantar) mereka kembali ke parkiran mobil, tak lupa Ms. Stephanie dan Bu Kus Wahyuni mengingatkan sekali lagi bahwa mereka sangat berharap --dengan segera-- agar Bidang PP dan PA dapat menunjuk 1 (satu) nama tersebut. ASAP! Mereka memberikan waktu seminggu. Namun, yang namanya birokrasi tetaplah ribet dan terlalu prosedural. Nampaknya pihak Kedubes USA belum terlalu familiar dengan jalur dan jenjang birokrasi yang harus kami lalui. Tidak semudah itu menentukan dan menunjuk satu nama untuk diikutkan dalam seleksi IVLP 2016. Dan itu mungkin yang terlintas di pikiran Pak Jum. Tidak mudah menentukan siapa yang layak ke Amerika. Menunjuk si A tentu harus ada dasarnya, tidak asal tunjuk saja. Sadar akan itu, segera atas inisiatif pribadi dan arahan pak Jum, saya menulis nota dinas ke Bu Dien, selaku Kepala BPMPKB. Ya, semacam laporan agar beliau memberikan disposisi dan arahan.

Sesudah pertemuan terlihat masing-masing Kasubid mulai saling ‘ledek-ledekan’.
Wah enak neh kalo kita bisa ke Amerika,” sahut A.
Pak Jum, saya saja ya yang ke Amerika-nya, sekalian ngecengin bule sana,” canda Si B.
Aduh saya juga mau.. saya aja ya,” teriak yang lain.
Pak Jum tentu berada dalam posisi dilematis. Meng-iya-kan Kasubid yang ini tentu akan menyakiti Kasubid yang itu. Mendisposisikan ke Subid A tentu gak enak dengan Subid B.

Dari penjelasan Ms Stephanie tergambar bahwa program IVLP untuk tahun 2016 ini akan mengambil tema “Sistem Peradilan Anak.” Nah, mengacu pada tema tersebut tampaknya Subid saya lah yang punya chance besar untuk ditunjuk. Saya sendiri, tentu saja berharap-harap cemas. Ya, selain Pak Jum tentunya, masih ada Bu Tantri yang menjadi atasan saya yang mempunyai peluang terbesar untuk diikutkan dalam seleksi IVLP 2016 ini. Saya berusaha realistis dengan menyodorkan pilihan agar Pak Jum saja yang ke Amerika, saya akan menjadi cadangannya, mengingat persyaratan usia yang harus di bawah 45 tahun, sedangkan Pak Jum sudah kepala 5. Pertimbangannya, bila Pak Jum gagal diproses seleksi administrasi, maka saya berpeluang menggantikannya. Namun Pak Jum tidak bereaksi atas usulanku. Tampaknya beliau menunggu arahan dan disposisi dari Bu Dien.

Beberapa hari kemudian keluarlah disposisi dari Bu Dien. Ia menyambut baik tawaran tersebut. Namun celakanya ia tidak serta merta mengarahkan agar bidang PP menunjuk satu nama, melainkan meminta agar pihak Kedubes USA bersurat ke Gubernur DKI Jakartta. Beliau berpandangan bahwa kerjasama ini (pengiriman utusan IVLP) sudah menyangkut G to G. Jadi, bukan level-nya Kaban untuk menindaklanjutinya.
Wahh.. bakalan lama dan ribet lagi neh urusan. Padahal pihak sana (Kedubes) hanya meminta Bidang PP&PA untuk mengirim 1 (satu) saja nama untuk ikutan seleksi. Ya, cuma mengirim nama dan di-email ke mereka. It’s so simple. Kenapa harus melibatkan Gubernur..? batinku.

Tanpa membuang waktu, langsung saja saya ber-sms dengan Bu Kus, mengabarkan bahwa pihak Pemprov DKI Jakarta membutuhkan surat dari Kedubes USA sebagai dasar dan legal standing menentukan atau menominasikan 1 (satu) nama untuk diikutkan dalam seleksi program tersebut. Beruntung, Bu Kus mau menerima penjelasan saya. Sejurus kemudian surat itu sampai ke kantor melalui fax. Segera saya menindaklanjutinya dengan mengirimnya langsung ke ajudan Gubernur, tanpa melalui ‘calo’ atau perantara.

Akhirnya setelah menunggu kurang lebih semingu, keluar lah disposisi dari Gubernur. Nah, disinilah perasaan galau dan deg-degan terjadi. Ya, sejak awal saya yang mengawal proses ini, --menghubungi para ajudan dan sekretariat Gubernur hingga Sekda-- namun hingga saat ini belum ada kepastian siapa yang akan ditunjuk sebagai nominasi mengikuti seleksi program IVLP 2016 ke USA. Meski secara tidak resmi saya sudah ber-email (atas arahan Pak Jum) ke Ms Stephanie, me-info-kan bahwa nama saya yang dinominasikan untuk mengikuti program tersebut, namun dalam email itu jelas saya memberi note bahwa nama saya masih tentative, dalam arti masih bersifat sementara, sembari menunggu arahan dan disposisi dari Gubernur.


Ada yang bilang kalau rezeki takkan kemana. Syukur Alhamdulillah disposisi itu turun berjenjang, dari Gubernur ke Kekda lalu ke Kepala BPMPKB, kemudian ke Kabid PP & PA. Akhirnya, Pak Jum secara resmi menominasikan saya untuk mengikuti seleksi program tersebut. Segera, dengan hati berbunga, saya buat surat dari BPMPKB Prov. DKI Jakarta, --officially-- yang menginformasikan bahwa saya lah yang dinominasikan untuk mengikuti proses seleksi IVLP 2016, ke email Ms. Stephanie. Alhamdulillah, satu tahapan langkah menuju ke Amerika telah dilalui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar