Dulu.. saat sy masih nyari
duit di swasta, sy perhatikan dan amati banyak anak2 muda, teman2 seumuran sy, yang secara kapasitas intelektual biasa2 saja
(yahh… mungkin zaman kuliah dulu mereka cuma ber-Ipeka 2 koma sekian, dan
jarang aktif di lingkungan kampus) namun saat kerja dan dipimpin serta
diarahkan oleh Bos yang memiliki kapasitas yang mumpuni dan berintegritas baik,
alhamdulillah.. mereka mampu mengimbangi pola kerja dan pola pikir sang Bos.. Walhasil,
kerjaan mereka bagus2. Dikasih kerjaan selalu hasilnya sangat memuaskan, bahkan
mereka bekerja diluar batas kewajiban tugasnya. Sehingga, secara kapasitas
intelektual, status keintelektualan mereka ikut ‘ter-upgrade’, mengikuti
“makom” si Bos. Bahkan saking hebatnya, mereka mampu dan dapat bersaing dengan
perusahaan pesaing yang banyak dikaryawani oleh para sarjana jebolan luar
negeri yang hebat2 itu.
Di lain waktu, saat saya sudah
tidak di swasta dan mengabdi di palagan yang berbeda, sy perhatikan kembali latar
belakang rekan2 sy sesama abdi negara, baik yang di kementerian, maupun lembaga
negara lainnya. Dan –Alhamdulillah--, mereka, rekan2 sejawat sy, banyak yang
hebat2. Saya dapati rekan-rekan kerja sy
mempunyai kapasitas yang adiluhung atau serba gape’ lah. (Indikatornya
sederhana Bro, berasal dari PTN dan Fakultas Papan Atas, Ber-Ipeka 3 koma
sekian, aktivis kampus, cas cis cus berbahasa Inggris.) Namun sayangnya, -- dan
ini sialnya -- saat mereka dipimpin oleh atasan yang –maaf-- tidak punya
kapasitas yang mumpuni, (sekali lagi indikatornya sangat sederhana; hanya
tamatan fakultas KW2, cuma S1 pula, gak lancar cas cis cus Inggris, bukan
aktivis kampus, gak pernah ikut demo, waktu di kampus pun gak pernah jadi
leader, dsb dsb). Nah, secara otomatis, bagai terkena aliran setrum listrik,
rekan2 sy yang tadinya sangat cerdas bin smart menjadi --maaf sekali lagi-- rada
b#go bin t###l -. Coba dibayangkan.. Untuk hal-hal (pekerjaan) teknis dan sepele
aja mereka sering keliru. Mereka ndak ‘nguasai dasar-dasar bekerja di kantoran
dengan baik dan benar, bahkan untuk hal yang sangat mendasar pun mereka sering
salah. Duhhh Gusti… Padahal mereka itu asalnya pinter2 lho.. Sayang banget ya
punya potensi yang bagus tapi akhirnya jadi rada telmi… Namun ini tidak semua
lho.. masih banyak juga teman2 sy yang dapat menangkis ‘aliran setrum’
tersebut, dan tetap dengan ke-profesional-an dan kepakarannya tanpa perlu kena
virus O#n, hehehhe…
Kok bisa begitu ya..?? Setelah
berkontemplasi sejenak, tibalah sy pada pada suatu kesimpulan sederhana, yakni;
Sebodoh apapun orang, bila dipimpin oleh pemimpin yang punya kapasitas dan
integritas yang baik, maka ybs akan sama dengan pemimpinya, (ketularan aura
positif). Sebaliknya se-cerdas dan se-pintar apapun ia, namun bila dipimpin dan
di-direct oleh pemimpin yang tidak mempunyai kapasitas dan integritas yang
mumpuni, maka ybs akan terkena aura negative dari pemimpinnya.. Kasarnya –maaf
sekali lagi—ketularan virus b#go.. Saya jadi teringat pesan ayah saya dulu,
waktu beliaa masih ada: “sepuluh ekor kambing bila dipimpin oleh harimau, maka
ia akan mengaum, namun sebaliknya sepuluh ekor harimau bila dipimpin oleh
kambing, maka semuanya akan mengembik. Dan itu masih untung bila si kambing
tidak dimangsa oleh sepuluh harimau”. Semoga kita dijauhkan dari virus
tersebut.. Selamat Berpuasa..