Senin, 18 Juli 2016

Wawancara Visa USA

Sebelum menuju ke Kedubes USA yang berlokasi agak bersebelahan dengan Balaikota, aku menuju ke Jalan Budi Kemuliaan untuk mengambil surat pengantar dari bagian Exhange Program, yang mengurusi IVLP. Aku tiba agak telat, (sekitar seperapat jam dari yang dijanjikan) yakni pukul 08.35. Sedangkan jadwal wawancaraku di Kedubes USA, Medan Merdeka Selatan adalah pukul 09.00. Setelah mendapat briefing sejenak --tentang tata cara dan apa yag mesti aku minta dan lakukan saat wawancara nanti-- dari Mas Heru, staf yang mengurusi keberangkatanku ke USA, segera kupacu sepeda motorku menuju arah Balaikota.

Alhamdulillah tiba tepat jam 8.55. Hampir saja.. Bergegas aku menuju antrian. Saat itu sudah banyak WNI yang antri untuk mengurus VISA. Karena terlambat, aku berada di urutan ketiga dari belakang. Saat jarum jam menunjuk angka 9.15,  antrian atau appointment visa untuk jam 09.00 itu diberi akses masuk. Petugas security membagi kami ke dalam tiga ‘kloter’. Aku masuk di kloter ketiga, atau kloter terakhir. Kami diarahkan masuk ke ruang (semacam pos keamanan) yang lokasinya persis di depan Jalan Medan Merdeka Selatan. Di pos keamanan ini, semua barang bawaan kami di perikasa dengan seksama. Kamera, Handphone, Laptop, USB, dan segala jenis cairan dilarang masuk. Semuanya harus dititipkan di pos keamanaan. Lalu petugas security memberikan nomor identitas tamu dan para pelamar visa masuk melalui security gate (seperti yang ada di Bandara) dan diarahkan untuk menuju ruang tunggu selanjutnya yang berlokasi sekitar seratus meter dari pos keamanan depan.

Di ruang tunggu ini suasananya persis bila kita hendak mengantri untuk menaiki mobil jemputan di site. Ada bangku-bangku yang tersusun rapi membentuk sekitar tiga row atau banjar. Di ruang ini ada 4 (empat) loket. Pas kami tiba di ruangan ini, kami langsung dihadang oleh petugas jaga. Ia bertugas memeriksa kelengkapan berkas wawancara. Setelah melihat berkasku, aku diarahkan olehnya menuju loket 1. Menariknya, keempat loket ini dijaga oleh seluruhnya tenaga kerja WNI. Disini petugas mem-verifikasi berkas-berkas yang aku bawa seperti pasport dan pasport lama (bila ada), undangan wawancara, formulir DS160, dan formulir DS2019 yang merupakan salah satu persyaratan penting untuk memohon visa J1. (foto gambar). Oleh petugas, aku diberikan semacam boarding pass untuk wawancara visa. Boarding pass ini bentuknya mirip dengan kartu gantungan “DON’T DISTURB” yang lazim terdapat di pintu hotel. Disitu tertulis tata cara pengajuan VISA USA, seperti pengambilan sidik jari, dan sebagainya. Setelah berkasku dinyatakan ok, maka petugas mempersilahkanku menunggu dalam antrian kelompok 32. Masing-masing kelompok terdiri dari sekitar 4 hingga 5 orang pelamar. Tak berapa lama, sekitar 30 menit menungu petugas mempersilakan kelompok 31, 32, dan 33 untuk masuk ke ruang yang berada lebih di dalam areal kedutaan. Di Ruang ini tertulis Visa Section.

Tatkala memasuki Ruang Visa Section ini, kulihat para pelamar duduk untuk menunggu pengambilan sidik jari. Untuk pengambilan sidik jari, operatornya ada dua orang. Satu petugas WNI yang mengarahkan (posisi) jari kita, dan satu officer dari pihak USA, yang berada dalam ruangan yang meneliti identitas kita. Lalu tibalah giliran kelompok ku untuk maju. Kami berbaris. Ada lima orang berbaris rapi untuk mengambil sidik jari. Selepas itu, petugas mengarahkan kami duduk di ruang sebelah untuk menunggu panggilan wawancara.

Sekadar gambaran, bahwa ruang VISA Section (pengambilan sidik jari dan wawancara) berada dalam satu ruang yang berbentuk letter L. Ruang Pengambilan Sidik Jari dan Wawancara hanya dipisahkan oleh sekat kecil tempat menaruh koran dan majalah. Kembali kami mengantri untuk wawancara. Dari tempatku duduk, aku bisa melihat proses wawancara yang sedang berlangsung. Ada sekitar lima loket. Dan masing-masing loket digawangi oleh petugas dari Kedutaan Amerika. Pelamar berbaris rapi berjejer ke belakang, seperti bila kita ngantri membeli tiket. Tibalah giliran kelompokku, kelempok 32 dipanggil. Langsung, tanpa dikomando kami bangkit dari kursi antrian dan berbaris rapi menuju loket 2.  Kebetulan aku dapat loket yang asik. Loket 1, 2 dan 4 di jaga oleh perempuan, staf Kedubes USA. Jadi, perempuan inilah yang akan mewawancaraiku. “Wah, enak, orangnya ramah dan cantik,” batinku.

Kenapa aku merasa beruntung. Jujur, aku rada salting bila menghadapi wawancara. Masalah gender ini mempengaruhi mood-ku dalam menjawab setiap pertanyaan. Pernah aku dihadapkan pada pewawancara pria, dan –dilalahnya-- pewawancara tersebut tidak friendly, akibatnya, mood-ku jadi jelek dalam menjawab pertanyaan. Ini pernah terjadi tatkala aku diwawancara pada seleksi jabatan terbuka dulu. Dan aku gagal.

Sengaja aku mengambil urutan berdiri ke tiga dalam barisan, dengan pertimbangan agar aku dapat mengintip dan melihat dengan lebih jelas proses wawancara yang sedang berlangsung. Kuperhatikan ada ibu disebelahku, di loket 1 ditanya oleh petugas dengan sangat mendetail. Kuamati petugasnya ramah. Nampaknya petugas wanita itu ingin menggali lebih mendalam maksud dan tujuan si ibu berangkat ke USA. Sampai aku dipangil, ibu tersebut belum juga kelar dari wawancra. Aku tidak tahu ia berhasil atau tidak mendapatkan Visa USA. Dalam proses wawancara ini waktu dan durasi interview tidak dapat diprediksi. Ada yang cepat, yang hanya sekitar 10 menit, namun ada pula yang hampir setengah jam lebih. Makin cepat wawancara, maka bisa dipastikan ia lulus. Namun kalau lama, ya, fifty-fifty, bisa lulus, bisa pula gagal.

Tiba giliranku. Aku maju dua langkah. Dengan kesadaran penuh, aku perlihatkan senyumanku yang paling manawan, dan sebelum ia berkata, aku dahului dengan: “hai, how are you..?” sengaja aku lakukan itu. Aku ingin menciptakan kesan optimis dan bersahabat dengan pewawancara. Langsung dijawab olehnya, “fine”, dan sedetik kemudia ia bertanya. “What’s your name?
Langsung ku jawab. “Rachmat Hidayat”
Ia bertanya nama lantaran harus membuka file atas namaku sebelum menelisik lebih lanjut profil diriku yang tertera dalam komputer yang berada di sisi sebelah kirinya.
“Mo ngapain ke Amerika” mungkin itu terjemahan bebas dari pertanyaan yang ia ajukan selanjutnya.
I’ll attend International Visitor Leadership Program, ” jawabku dengan lancar.
Oh.. Congratulation,” sambarnya dengan senyum manis mengembang, dan aku tahu senyumnya tidak dibuat-buat.

Sejurus kemudian dunia di sekelilingku terasa cerah. Lalu, perempuan itu, --yang aku tak tahu namanya namun kutaksir ia berusia 30-an tahun, pirang, cantik, smart, bisa bicara Indonesia dengan aksen amerika-- berujar yang kurang lebih kuterjemahkan sebagai berikut: “Karena anda dibiayai oleh Pemerintah Amerika Serikat, maka anda harus kembali ke Indonesia selama 2 tahun, dalam arti selama waktu itu anda tidak boleh ke Amerika.”
Langsung aku jawab Ok, sambil tersenyum.
Lalu basa-basiku pun muncul. Kami berbincang sejenak. Aku sok mengakrabkan diri. Tanpa ditanya, aku ceritakan bahwa aku belum pernah ke LN sejauh amerika. Paling banter hanya ke Singapur dan Malaysia. Ia menimpali dengan bahasa campuran. “Wooow congrats, you’re lucky man, bisa pergi ke USA.”

Aku juga cerita bahwa aku sibuk membantu Gubernur Jakarta. Sengaja aku singgung kata “gubernur” mengingat reputasi Pak Ahok sangat baik dimata Amerika. “My office next to your office,” pancingku. Dia menimpali, “ya. I know.” Baru aku sadar, ternyata selama proses wawancara berlangsung, matanya sesekali melirik ke layar komputer yang berada di sampingnya. Layar komputer itu memuat data-data pribadiku. Setelah dirasa cukup menelisik tentangku, lalu ia mulai menandatangani berkas-berkasku dan memberikanku semacam name card yang berisi jadwal pengambilan passport. Ia juga memberikan selembar kertas bertuliskan: “Congratulations. Your U.S. visa has been approved” dan satu lagi semacam buku atau leaflet panduan selama aku berada di USA nantinya. Ini berarti visaku disetujui dan aku bisa pergi ke Amerika!


Selepas aku menerima berkas-berkas itu, aku masih tertegun berdiri. Aku tak tahu harus berbuat apa selanjutnya. Menyadari hal itu, dengan ramah ia memberikan semacam signal bahwa proses wawancara selesai. Aku lalu pamit sambil sekali lagi memberikan senyum manisku padanya dengan mengucap: “Thank you”.

1 komentar:

  1. KISAH CERITA SUKSES SAYA JADI TKI

    Alhamdulillah sekarang saya sudah jadi TKI kontrak di JEPANG berkat bantuan bpk drs AGUSDIN SUBIANTORO beliau selaku deputi bidang penempatan di kantor BNP2TKI pusat jakarta
    no hp dinas beliau 0823-5240-6469

    saya berasal dari Samarinda (Kal-tim). Disini saya akan bercerita kisah sukses yang menjadi kenyataan mimpi saya. KEGIATAN SEBELUM MENGIKUTI PROGRAM Seperti para pemuda umumnya dan dengan kondisi ekonomi orang tua saya yang pas-pasan saya ikut merasa prihatin dan menghendaki adanya perubahan ekonomi dalam keluarga saya. Saya lahir di salah satu kampung terpencil di kota Samarinda (kal-tim), dimana struktur tanah tempat kelahiran saya adalah pinggir laut dengan mata pencaharian masyarakat sekitar bagang dan empang , Pengorbanan keluarga yang selama mendidik membina dan membiayai hidup saya selama ini tak cukup hanya sekedar saya mengikuti jejak orang tua saya menjadi seorang nelayan, saya harus membuktikan kepada keluarga untuk menjadi yang terbaik, tetapi dimana dan bagaimana? Sisi lain saya tau saya hanya lulusan SLTA sedangkan lowongan pekerjaan hanya diperuntukan bagi lulusan Diploma dan Strata 1, Pada pertengahan tahun 2017 saya bertemu dengan seorang teman lama mantan TKI di jepang pertemuan saya di Jalan muara badak SAMARINDA kal-tim, Dia memperkenalkan saya dengan salah satu pejabat BNP2TKI PUSAT yang pernah membantu dia sewaktu di jakarta, Beliau adalah kepala deputi bidang penmpatan di kantor BNP2TKI pusat jakarta, atas nama bpk DRS AGUSDIN SUBIANTORO, Alamat kantor beliau Jalan MT Haryono Kav 52, Pancoran, Jakarta Selatan 12770 kantor BNP2TKI pusat, Dan Teman Saya Memberikan No Kontak Hp Bpk AGUSDIN di Nomor 0823-5240-6469 dan saya mencoba menghubungi tepat jam 5 sore, singkat cerita sayapun menyampaikan maksud tujuan saya, bahwa sudah lama saya mengimpikan bisa bekerja di japang. Beliau'pun menyampaikan siap membantu dengan bisa meluluskan dengan beberapa prosedur , saya rasa prosedur itu tidak terlalu membebani saya. Dari sinilah saya menyetujui nya, yang sangat membuat Aku bersyukur adalah bahwa saya diminta melengkapi berkas untuk saya kirim ke akun email beliau dan sayapun disuruh menyiapkan biaya pengurusan murni sebesar Rp. 22.500.000. Inilah puncak kebahagiaan saya yang akhirnya bisa menginjakkan kaki di negeri sakura japang. Akhirnya saya mendapat panggilan untuk ke jakarta untuk dibinah selama 2 minggu lamanya, saya hanya diajarkan DASAR berbahasa japang. Makna yang terkandung didalamnya sangat luar biasa di rasakan oleh saya, tanggung jawab, disiplin, berani dan sebagainya merubah total karakter saya yang dulu cengeng dan kekanak-kanakan, walau kadangkala saya masih belum begitu yakin apakah saya bisa berangkat Ke Jepang dengan baik, akhirnya saya mendapat Contrak kerja selama 3 tahun lamanya di bidang industri. Rasa pasrah dan khawatir menghinggapi saya saat itu, seorang anak kampung berangkat ke Jepang dengan menggunakan pesawat terbang yang sebelum belum pernah saya rasakan sebelumnya. Jangankan naik di atas pesawat melihat dari dekat’pun saya belum pernah sama sekali, Di Bandara Soekarno Hatta kami di temani oleh petugas Depnakertrans dan IMM Japan untuk melepas keberangkatan kami, rasa haru dan air mata sedih berlinang di pipih saya pada saat di izinkan prtugas untuk pamit kepada keluarga yang kebetulan saya diantar oleh paman saya, kami saling berpelukan dan mohon salam dan restu dari orang tua dan keluarga. MASA MENGIKUTI PROGRAM KEBERANGKATAN DI JEPANG Setibanya di NARITA AIRPORT Jepang, kami di jemput oleh petugas IMM Japan yang ada di sana, dan kami diantar ke Training Centre Yatsuka Saitama-ken untuk mengikuti pembekalan sebelum di lepas ke perusahaan penerima magang di Jepang. jika anda ingin seperti saya anda bisa mencoba untuk menberani’kan diri menhubungi Bpk kepala deputi bidang penempatan BNP2TKI, BPK DRS AGUSDIN SUBIANTORO Ini No TLP/HP Beliau: 0823-5240-6469 siapa tau beliau masih bisa membantu anda untuk mewujudkan impian anda menjadi sebuah kenyataan. TERIMA KASIH

    BalasHapus