Tidak
selamanya kami, peserta International Visitor Leadership Program (IVLP) pergi
pagi pulang sore, dalam arti full
seharian bertemu counterpart di
kantor. Adakalanya jam 02.pm, acara tukar pikiran dan sharing pengalaman dengan mereka sudah selesai. Ini berarti ada sisa
waktu free. Begitulah, suatu hari di
awal Maret 2015, setelah pertemuan dengan para rekan sejawat di Washington DC, Amerika,
hari masih siang, masih ada waktu untuk kelayapan.
Mengisi waktu yang kosong, aku memutuskan untuk tidak langsung pulang ke hotel
melainkan pergi jalan-jalan menyusuri sudut-sudut kota.
Ya,
waktuku di ibukota Amerika Serikat ini tak lama, cuma lima hari. Aku harus
memanfaatkan waktu yang ada untuk meng-eksplore
kota beratus pohon sakura ini. Berbekal peta saku yang kudapatkan dari hotel,
aku mulai mempelajari titik dimana aku berdiri saat ini. Rencananya, siang ini
aku akan mendatangi beberapa museum yang ada di sekitaran Washington Monument,
sebagai center atau landmark-nya kota
DC. Sebelumnya, saat masih di Indonesia memang telah kupelajari sedikit tentang
kota DC, dimana disebutkan bahwa kota ini, selain sebagai ibukota Amerika, juga
banyak bertebaran museum-museum dengan koleksi yang bagus dan gratis!
Selepas
meeting di bilangan Jalan K, aku
meminta kepada supir untuk menurunkanku di sisi timur White House. Sengaja
titik ini kupilih, lantaran disekitarnya banyak spot menarik yang bisa aku potret.
Perjalananku dimulai dengan mengunjungi beberapa museum yang ada di sisi Jalan Jefferson
SW. Sengaja aku memulai dari titik ini agar sekalian bisa mengarah ke barat, ke
arah pulang. Tujuan akhir dan patokanku adalah Abraham Lincoln Memorial. Dari
memorial ini, hanya sekitar 900 meter belok ke utara menuju tempatku menginap.
Ada
banyak museum di sepanjang Jalan Madison NW dan Jalan Jefferson SW. Kedua jalan
ini laksana rel kereta api yang bersisian dengan taman di tengah-tengahnya,
yang dikenal dengan National Mall. Aku mulai berjalan dari arah timur,
mengambil sisi sebelah selatan, mulai dari Jalan 4, dimana ruteku bermula dan
akan diakhiri di pertemuan dengan Jalan 23. Jaraknya? Ya cukup jauh juga
lantaran aku akan memotong sebanyak 19 blok jalan imaginer yang akan kulalui siang
ini. Jika tiap blok selebar 200 meter
luasnya, maka tinggal dikalikan saja.
Museum
yang pertama kumasuki adalah Newseum, sebuah museum yang memotret beragam
kejadian dan peristiwa bersejarah yang diabadikan oleh para jurnalis
mancanegara, seperti misalnya peristiwa 9/11; Runtuhnya tembok berlin; Ataupun
berita-berita yang pernah menjadi headlines
pemberitaan di dunia, seperti pembunuhan JFK, perang Arab Israel, tumbangnya
Uni Sovyet, dsb. Museum ini terletak di hook, di persimpangan jalan
Pennsylvania Avenuae NW dan jalan 6NW, berhadap-hadapan dengan National Gallery
of Art.
Dengan
tiket masuk sekitar US$ 22, aku larut dalam kenangan dan peristiwa masa lalu
yang diabadikan dalam beragam foto, dan tulisan. Menariknya disini juga akan
kita dapati beragam benda dan barang-barang yang terkait dengan suatu
peristiwa, seperti potongan tembok berlin yang kokoh berdiri, juga ada mobil
yang digunakan teroris untuk meledakkan bom, Ada pula antena yang terpasang di puncak
menara kembar WTC yang roboh pada peristiwa 9/11.
Puas
melihat-lihat isi dalam Newseum, kuayunkan langkah keluar menuju ke Air&Space
Museum. Museum yang berisi tentang dunia penerbangan dan antariksa ini menampilkan
beragam foto dan cukilan dari potongan pesawat-pesawat yang pernah ada di
dunia. Misalkan saja ada kokpit pesawat yang pernah digunakan dalam penerbangan
komersial pertama. Adapula kokpit pesawat tempur yang digunakan sekutu dalam Perang Dunia II. Museum ini memang sepertinya di create sebagai tempat belajar mengenai dunia dirgantara dan angkasa
luar. Banyak anak-anak sekolah yang datang di museum dalam jaringan Smitshonian
ini, ya semacam studi wisata. Melihat mereka asyik dan kagum pada koleksi yang
ada di musem itu, timbul rasa sedih-ku. Aku ingat anak di rumah. Sayang, aku
tak mengikutsertakan putraku, Mangkurachmat, untuk berbagi kebahagian
menjelajahi Air & Space Museum ini.
Setelah
puas, lalu aku keluar, ke arah barat ke Hirshhorn Museum. Musem dengan bangunan
berbentuk lingkaran ini memanjakanku dengan berbagai karya seni dan instalasi
kontemporer. Isi koleksinya sangat antik, unik dan membangkitkan keinginan
untuk berkarya dan berkreasi. Seni instalasinya sangat ciamik. Sangat
menantang. Tak banyak yang berkunjung kesini. Maklum, hanya mereka yang berselera
seni tinggi saja yang betah lama-lama disini.
Lalu
aku ke Museum Smithsonian Caste, National landmark. Sama dengan Air & Space
Museum, & Hirshhorn Museum, Smithsonian Caste masuk dalam jaringan
Smithsonian, yakni jaringan yang terdiri dari 19 museum dan galeri serta 9 (Sembilan)
pusat riset dan taman satwa nasional yang saling terintegrasi.
Lelah?
Tentu saja. Rasanya cukup sudah aku menjelajah museum-museum itu, kini aku
melangkah pulang, menyusuri jalan Independence, hingga bertemu pada Monument Washington
yang tinggi menjulang. Aku terus ke barat, menyusuri taman disisi Reflection
Pool hingga sampai pada Lincoln Memorial. Pegal kaki dan lelah lantaran
berjalan untungnya terpuaskan dengan suguhan pemandangan dan spot yang menarik
yang banyak kujumpai dalam perjalanan pulang mengukur jalan di keremangan sore,
dalam batas akhir senja.
Thanks for sharing masbro..
BalasHapus