Kamis, 15 Agustus 2024

Labuan Bajo - Sumbawa - Lombok - Cililitan (3/Selesai)

Kamis pagi, 27 Juni 2024 saya dan Razijed menyempatkan tuk snorkeling ke pulau Gili Kendis dan Gili Nanggu. Biaya per orang 250 ribu. Kami pakai jasa trip dari hotel yang memang punya dermaga kecil dengan boat yang siap mengantar tamu snorleking. Dari hotel tempat kami nginap, Pulau Gili Nangu terlihat jelas. Hanya butuh 5 menit dengan boat sudah sampai deh.

Mulai snorking jam 09. Oh ya, selain kami berdua, boat diisi oleh turis dari Jerman, 3 orang, dan pasangan dari perancis. Tujuan pertama ke Gili Kendis lalu lanjut ke Gili Nanggu. Jam 11 lewat, karena harus siap-siap chekout, saya izin melipir duluan, meninggalkan kelima teman bule kami yang masih asik snorkeling di Nanggu.

Beres check out, kami langsung menuju kota Mataram. Namun sebelum itu, kami ingin makan siang dengan menu ayam Taliwang. Setelah berunding, akhirnya tujuan diputuskan yakni makan ayam taliwang yang dekat dengan gerbang masuk Bandara Lombok. Tempat makan ini sengaja kami pilih lantaran ingin mengulang nostalgia beberapa tahun lalu Dimana kami pernah makan Bersama nenek dan mbah kung. Ternyata tempatnya sudah beda. Sudah rada modern. Banyak bus-bus wisata yang manpir makan.

Kelar makan, kami langsung jalan-jalan ke Kawasan Kuta Mandalika. Kenapa ke Kuta? Ya, Pokoknya hari ini adalah hari nostalgia, kami ingin mengenang kembali perjalanan dan rute yang pernah kami jalani beberapa tahun lalu. Jalur yang kami lewati persis sama dengan yang pernah kami lewati, yakni melewati Kampung Sade. Setelah itu lanjut turun ke arah Pantai Kuta. Nah Ketika masuk Kawasan di Pantai Kuta ini barulah suasana nya berubah banyak. Ya, sekarang sudah ada Sirkuit Mandalika dengan jalan Bypass yang lebar dan mulus yang menghubungkan Sirkuit dan Bandara. Kami sempatkan tuk mampir foto-foto di bangku penonton sirkuit. Dari situ, kami kelliling masuk ke Kawasan Pantai Kuta, suasanya beda dengan dulu. Sekarang sudah hampir mirip dengan ketika kita masuk Kawasan Nusa Dua di Bali.

Puas mengenang perjalan beberapa tahun lalu di Kuta, kami balik ke arah Mataram melaui jalan bypass. Sengaja kami nginap di Mataram lantaran ingin mencoba makan malam dengan menu Sate Rembiga yang ada di Mataram. Sate nya enak ternyata. Kami sampai nambah 10 tusuk lagi.

Jumat, 28 Juni, sekira jam 08.00 kami chekout menuju ke Pelabuhan Lembar. Di jadwal, kapal akan sandar sekitar jam 09. Cukup lah waktu tempuh 1 jam, sehingga kita bisa sampai di Lembar jam 09-an. Begitu kami tiba, ternyata Kapal DLU di salip dengan Kapal DLN. Maksudnya disalip apa,? Ya, yang sandar di Dermaga Lembar kapal DLN dulu. Walhasil DLU harus nunggu sekitar 6 jam, dan baru bisa sandar jam 14.00. Jadilah waktu keberangkatan ke Surabaya molor dari jadwal yang semestinya jam 12.00. Untungnya proses bongkar muat gak terlalu lama. Sekitar jam 16.00 kapal DLU lepas jangkar menuju Surabaya.


Sabtu, 29 Juni 2024 jam 11 an kapal merapat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Jam 13-an barulah kami keluar, dan tujuan kami adalah makan siang di Bebek Sanjay Pulau Madura. Setelah makan siang jam 14.30, langsung menuju ke Tol arah Boyolali. Kami nginep di Hotel Pondok Indah Boyolali.

Minggu pagi jam 08.00 cek out. Kami sempatkan untuk mampir ke Kalaten buat ziarah ke makam orang tua istri. Setelah itu jam 10, langsung balik ke Jakarta. Makan siang di Sate Wendys Tegal. Sampai Jakarta menjelang Maghrib. Alhamdulillah. END

 

 


Labuan Bajo - Sumbawa - Lombok - Cililitan (2)

Selasa, 25 Juli setelah sarapan di hotel kami ke pusat kota untuk beli oleh-oleh. Tempat yang kami tuju adalah Toko Oleh-oleh Sumbawa Evi di Jalan Dr. Wahidin. Tokonya lumayan lengkap. Beragam Oleh-oleh khas Sumbawa ada di jual. Setalah belanja aneka minya urut sumbawa, madu dan susu kuda liar, kami beranjak menuju Pototano. Pelabuhan di ujung barat sumbawa yang akan membawa kami menyeberang menuju pulau Lombok. Jarak dari kota Sumbawa Besar ke Pelabuhan Pototano sekitar 3 jam perjalanan. Saya perkirakan jam 11 an harus sudah sampai Pelabuhan, agar tiba di hotel, di Lombok tidak terlalu sore.

Beruntung begitu kami pesan online, kami langsung masuk ke lambung kapal. Sebelum jam 12 kapal telah lepas jangkar menuju ke Pelabuhan Kayangan, Lombok. Sebenarnya penyeberangan Sumbawa Lombok ini hanya makan waktu 1 jam-an saja, namun karena kapal menunggu ‘langsiran’ walhasil kami baru sandar sekitar jam 13.30-an. Begitu roda depan mobil menginjak pulau Lombok, langsung kami cus menuju ke arah Senggigi dengan mengambil rute jalur Tengah, membelah pulau Lombok. Jalur Tengah ini rada padat. Banyak truk dan motor, sehingga kita perlu extra hati-hati bila ingin nyalip. Sebelum masuk hotel, kami sempatkan makan siang --yang sudah sangat telat ini-- di Cakranegara. Dari siang kami belum makan, hanya kena nasi pas sarapan di hotel saja. Nah, ada yang lucu ketika pesan makan. Saya pesan nasi rawon. Sangka saya, rawon-nya khas jawa timuran, ternyata rawon-nya beda. Rawon disini lebih mirip nasi sayur lodeh, hehhe.. Selesai makan, lanjut ke arah Senggigi. Alhamdulillah kami sampai di Hotel Holiday Inn Senggigi sekira jam 17-an. Masih ada waktu untuk berenang sore dan menikmati sunset Pantai Senggigi.

Makan malam kami di sekitaran Senggigi ‘kota’, yakni pusat keramain Kawasan Senggigi. Banyak cafĂ© dan restoran dengan olahan asing. Kami pesan makanan Itali, ya apalagi kalau bukan pizza dan spaghety. Anak-amak bosan makan nasi. Karena porsinya kurang nendang, sehabis makan pizza, saya nyari burger. Untungnya nemu. Lokasinya persis di depan hotel Jayakarta.

Setelah urusan perut kelar, kami cepat-cepat ingin segera balik ke hotel, lantaran badan sangat letih akibat perjalanan yang lumayan panjang dari Sumbawa.

Esoknya, Rabu, 26 Juni, setelah sarapan, kami habiskan wakti dengan berenang. Sekitar jam 11 an kami check out dan kepengen makan ikan bakar di sekitar Mangsit, arah ke Bangsal. Ini mengenang nostalgia beberapa tahun lalu dimana kami dan nenek/mbah kung pernah makan ikan bakar di Mangsit. Oh ya, rencananya hari ini kami menginap di kawasan Sekotong, dengan pertimbangan agar lebih dekat ke Pelabuhan Lembar, dimana kami harus pesan tiket balik. Kami berharap bisa dapat tiket DLU langsung ke Surabaya. Kalaupun apes gak dapat, masih banyak pilihan untuk balik. Banyak penyeberangan ke (arah) barat. Dari Lembar bisa naik ferry ke Padangbai ataupun ke Pelabuhan Jangkar.

Sebelum menuju hotel, kami mampir ke kantor DLU. Beruntung, tersedia jadwal ke Surabaya di hari Jumat, sesuai yang kami inginkan. Sempat juga kami ke kantor DLN untuk cari jadwal, berharap ada waktu keberangkatan yang pas, yakni siang. Namun begitu tiba di kantor DLN, mereka hanya jual tiket pada hari H, dan waktu berangkatnya pun malam hari.

Setelah tiket balik di tangan, kami langsung cus ke Hotel Cocotinus, dan tiba sekitar jam 17, menjelang maghrib. Sayang banget kami gak sempat berenang sore, padahal kolam renangnya bagus. Vibesnya pun ok, persis di pinggir Pantai.

Labuan Bajo - Sumbawa - Lombok - Cililitan (1)

Minggu, 23 Juli 2024 liburan di Labuan Bajo berakhir, hari ini kami harus bisa nyebrang ke Pelabuhan Sappe. Ya ini adalah moment yang sangat dramatis bagi keluarga kami. Bayangkan, penyeberangan Labuan Bajo ke Pelabuhan Sappe, Bima di Pulau Sumbawa hanya dilayani sekali dalam sehari dan itupun tidak tiap hari. Dalam seminggu, kapal ferry ukuran kecil itu hanya beroperasi 5 (lima) hari saja. Kalau hari ini gagal nyebrang bisa dipastikan jadwal liburan kami akan berantakan karena harus menunggu keesokan harinya untuk nyebrang dan itupun tidak ada jaminan mobil kami dapat diangkut, karena itu tadi, kapalnya kecil dan banyak kendaraan yang akan nyebrang ke Sumbawa. Hari itu saja, ada 3 (tiga) truk tangki BBM Pertamina yang akan menyeberang ke Sappe. Mobil kami masuk dalam daftar waiting list. Saya terus berdoa semoga hari ini bisa nyebrang. Beruntung mobil kami Xenia yang body-nya tidak lebar dan panjang. Kalau mobil kami sekelas Pajero, wassalam sudah.

Kami nyebrang sekitar jam 10 pagi dan merapat di Sappe pas azan maghrib berkumandang. Alhamdulilah akhirnya sampai di Pulau Sumbawa. Sebelum melanjutkan perjalanan kami sempatkan dulu untuk mengisi perut karena dari siang kami belum makan. Kami pilih rumah makan padang yang lokasinya terdekat dari gerbang Pelabuhan Sappe. Setelah makan, kami lanjutkan perjalanan menuju kota Bima, dimana istri sudah memesan hotel di pinggiran kota Bima. Hotel Marina Inn namanya,lokasinya persis di ruas Jalan Bima Dompu, di tepi Pantai.

Senin, 24 Juli, setelah mengisi full bensin di pom bensin dekat hotel, kami langsung beranjak menuju ke Dompu. Di Tengah perjalanan Razijed ingin ke Doro Canga, savana terbesar di Sumbawa tempat ratusan sapi dan kuda di gembalakan secara liar. Namun karena salah membuka map akhirnya kami nyasar di wilayah yang masih di kabupaten Bima, bukan di Dompu. Usut punya usut ternyata nama Ncanga itu banyak dijumpai di map, di pulau Sumbawa. Rugilah kami punya waktu. Sekitar 1,5 jam perjalanan terbuang percuma. Setelah menemukan map yang benar, langsung tancap gas ke Doro Ncanga yang sebenarnya yang lokasinya merupakan jalur pintu masuk pendakian ke Gunung Tambora. Doro Ncanga ini masuk dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Tambora.

Sebelum masuk ke jalur jalan yang menuju kesana, kami sempatkan untuk makan siang di warung yang menjual ayam bakar di tepi jalan sebelum masuk kota Dompu. Tusukan daging dan bakarannya unik. Ayam dipotong dengan ukuran yang besar lalu ditusuk seperti tusukan sate. Kami pesan 3 tusuk dengan 5 piring nasi. Sangat murah. Total hanya sekitar 70 rb an.

Setelah makan, barulah kami masuk kota Dompu dan mengambil arah ke Doro Ncanga. Jalannya mulus. Di sebelah kiri adalah hamparan pantai Teluk Saleh, sebelah kanan adalah padang Savana. Kami melewati mata air, atau kalau di Jawa di sebut Umbul Hodo di tepi Pantai Hodo. Dari Pantai Hobo, kurang lebih 10 KM kami masih terus ke arah barat daya. Kami berhenti untuk sholat di kawasan padang savana Doro Ncanga. Setelah ambil video dan photo kami putar balik. Sebenarnya pintu masuk pendakian ke Gunung Tambora masih sekitar 5 KM-an dari lokasi kami istirahat sholat. Namun karena dikejar waktu harus sampai di Kota Sumbawa Besar jam 19-an, akhirnya kami gak lanjut terus.

Perjalanan arah balik kami tempuh sekitar 45 menit hingga sampai di batas kota Dompu. Kalau lurus ke Kota Dompu, belok kanan arah menuju ke Sumbawa Besar. Waktu sudah pukul 16.an. Di google map diinfokan masih 4 jam-an lagi untuk sampai di Sumbawa Besar.

Beruntung hari masih terang hingga kami bisa melewati dan melihat jalur puncak Nanga Tumpu di ruas jalur Dompu Sumbawa Besar. Sungguh pemandangan yang indah. Sepanjang perjalanan kami dimanjakan dengan keindahan alam ciptaan Allah.

Sebelum masuk ke Kota Sumbawa Besar kami makan malam nasi goreng Surabaya. Lupa saya catat dimana Lokasi tepatnya, namun sekitaran 1 jam sebelum masuk kota (hotel) kayaknya.

Kami menginap di Samawa Transit Hotel, dekat dengan bandara Sumbawa Besar. Ya, hotel transit ini bersebalahan dengan hotel Kaloka Airport.

Cililitan, Bali, Lombok, Labuan Bajo (4)

Esoknya, Kamis 20 Juli 2024 pagi sekitar jam 08.00 kami dijemput ke Pelabuhan Labuan Bajo untuk memulai trip 2 hari 1 malam di kapal phinisi. Kapal kayu ukuran sedang ini di nahkodai oleh Pak Puase, dengan pemandu mas (duhh lupa). Jam 10-an kapal berangkat dengan tujuan pertama Pulau Kelor. Kami mendaki Pulau Kelor dan foto disana, setelah itu kami turun untuk berenang di jernihnya pantai Pulau Kelor. Puas di Kelor, tujuan kami berikutnya adalah snorkeling di Manjarite Beach, lalu sorenya menuju ke pulau Kalong yang banyak di huni kelelawar untuk melihat sunset, sekaligus menyaksikan ribuan kelelawar keluar dari sarangnya menuju ke pulau Flores untuk cari makan. Puas Videoin Kalong, setelah makan malam dan sholat, kami ke kamar untuk istitahat. Sialnya, suara mesin kapal yang gak bersahabat dengan telinga, membuat tidur pun tidak nyenyak.


Pagi pagi sekali, Jumat 21 Juli kami tiba di Pulau Padar dengan tujuan untuk melihat sunrise dan ngambil foto di pulau yang terkenal itu. Selepas itu kami balik ke kapal untuk sarapan dan menuju ke Pink Beach. Di sana kami renang. Setelah itu, sekitar jam 10 an kapal menuju ke Pulau Komodo. Setelah explore pulau, kami makan siang di kapal untuk ke Manta Point. Nah, di perjalanan menuju Manta Point, sehabis makan siang inilah kepala saya mulai pusing. Rupanya saya mabuk laut. Untuk meredakannya, saya masuk kamar. Hanya Razijed yang turun menyaksikan manta, karena ombaknya cukup besar. Ia sudah mahir renang, jadi saya aman melepasnya ke laut bersama dengan bule-bule lainnya. Setelah itu kapal langsung menuju ke dermaga Pelabuhan Labuan Bajo, saat maghrib tiba. Mobil jemputan mengantarkan kami Kembali ke Hotel Puri untuk mengambil Xenia yang kami titip parkir disana.

Sabtu, 22 Juli jam 08.00 kami keluar hotel. Oh ya, kami menginap di Hotel Bajo, dekat dengan Pelabuhan. Tujuan kami hari ini adalah ke Ruteng. Nah, ditengah perjalanan ada perbaikan jalan. Walahasil kami hanya sampai di Waebangka. Sekitar 10 km sebelum field rice laba-laba di Ruteng.

Jam 11.30 saya putar balik menuju Lembor, untuk makan siang di sana. Ketika mampir untuk makan siang saya berkenalan dengan supir overland yang biasa narik wisatwan tour lintas Flores. Dia biasa bawa tamu ke Waerebo dan Danau Kalimutu. Olehnya saya disarankan untuk melihat air terjun yang melewati jalur arah balik ke Labuan Bajo. Nama air terjunnya Cunca Plias. Di sini, istri gak turun, dia males jalan, maunya di mobil saja. Jadilah saya dan anak-anak yang turun tuk melihat keindahan Cunca Plias ini. Setelah main air dan foto-toto dengan bule yang kebetulan berbarengan dengan kami, kami cabut agar tak terlalu sore tiba di Glenmory.


Glenmory menjadi destinasi berikutnya lantaran ini adalah jalan semi tol yang baru diresmikan sekitar 2 tahun lalu. Jalannya lebar dan mulus, dengan Panjang sekitar 25 Km, menghubungkan Labuan Bajo Bagian Selatan dengan Kawasan Glenmory. Hampir menjelang maghrib kami baru balik ke kota tuk mencari oleh-oleh di dekat bandara Komodo, Labuan Bajo.

Cililitan, Bali, Lombok, Labuan Bajo (3)

Dinihari sekitar jam 04.an, Rabu 19 Juli, kapal merapat di Labuan Bajo. Oh ya, karena ukuran kapal yang besar, ia tidak sandar di Labuan Bajo namun di Pelabuhan Wae Kelambu, Labuan Bajo. Berkendara sekitar 20 menit.

Puncak Waringin
Saat mobil keluar lambung kapal, langsung saya arahkan google map menuju ke Pelabuhan Labuan Bajo. Rencanaya pagi itu kami akan isi bensin dan mencari paket wisata Labuan Bajo. Jalanan masih sepi, matahari belum tampak. Karena baru sampai, di NTT, bawa mobil pun masih ‘grogi’ dan ‘jetleg’. Gak nyangka, akhirnya sampai juga neh Xenia di Flores. Begitu tampak deretan perahu phinisi di Pantai Labuan Bajo, hatipun berdecak kagum. Woww keren banget. Dari Wae Kelambu, oleh Google Map kami diarahkan masuk ke Kota Kabupaten Manggarai Barat, lalu ke Puncak Waringin. Begitu sampai di Puncak Waringin, mobil saya tepikan, dan kami sekeluarga turun untuk foto-foto dan bervideo, sebagai penanda bahwa kami telah menginjakkan kaki di Labuan Bajo, Flores NTT.


Puas berfoto, kami sarapan di dekat Pantai Labuan Bajo, setelah itu mencari pom bensin. Sialnya, di labuan bajo hanya ada 3 pom bensin terdekat. Pom Bensin pertama, yakni SPBU Wangun, yang kami tuju hanya melayani mobil yang sudah memiliki barcode pertalite. Lalu kami ke Pom Bensin kedua. Saat tiba antrian sangat Panjang, terpaksa kami ikutan antri. Pas di Tengah antrian, tiba-tiba listrik mati, terpaksa kami turun ke bawah (labuan bajo) untuk ke pom bensin ketiga. Beruntung di pom bensin ini antrian gak ada dan kami isi mobil dengan pertamax.

Oh ya sebelum isi bensin di SPBU ketiga, karena lewat depan Hotel Meruorah, kami parkirkan mobil dekat kantor polisi, dengan maksud untuk menyari tiket kapal balik ke Pelabuhan Sape. Kalau udah ada tiket balik kan rada tenang. Maklum peneyeberangan Labuan Bajo ke Sape tidak setiap hari. Disinilah saya jumpa dengan calo yang ternyata pecandu judi, dan saya kena tipu, hehheh.. Olehnya saya di antar ke Mba Oliv untuk beli paket wisata Labuan Bajo.

Sarapan depan hotel Meruorah


Kami mengambil paket 2 hari 1 malam dengan kapal kayu phinisi. Penumpangnya 15 orang. 10 WNA, 5 lokal (keluarga kami). Harga per pax 1,7 juta. Setelah dapat paket wisata, barulah kami isi bensin di SPBU yang lokasinya dekat dengan Pelabuhan Labuan Bajo. Disini kalua isi Pertalite hanya dibatasi 100 rb saja. Ketimbang ribet, saya isi Xenia ini dengan Pertamax full tank.

Setelah urusan selesai, Lantaran capek seteleh seharian di kapal, saya sarankan istri tuk mencari hotel yang rada bagusan. Mahal sedikit gak pa pa yang penting kamar dan kolam renangnya bersih dan bagus. Cari mencari di aplikasi online, jadilah kami menginap di Hotel Puri Sari Beach. Hotelnya berkelas. Lokasinya di tepi Pantai, sebelah Selatan dari pusat Kota Labuan Bajo.

Cililitan, Bali, Lombok, Labuan Bajo (2)

Senin, 17 Juni 2024. Idul Adha tiba. Selepas sholat di Masjid Sanur, kami langsung cus menuju ke Pelabuhan Penyeberangan Padangbai. Dari Sanur, mobil saya bawa kebut. Saya targetkan sebelum jam 09 mobil harus sampai di Padangbai, karena waktu penyeberangan terdekat ada di jam 09.00. Untungnya lalu lintas ruas By Pass Ngurah Rai tidak terlalu padat. Sebelum nyebrang kami sempatkan sarapan di Warung Makan Jawa, sebelah kantung parkiran mobil yang menyebrang ke Nusa Penida, di Pelabuhan Padangbai.

Pl. Padangbai, Bali
Jam 10 mobil masuk lambung kapal. Jam 11.00 lepas jangkar menuju ke Lembar Lombok. 4 jam kemudian Kapal memasuki Pelabuhan Lembar. Keluar dari lambung kapal, saya arahkan kemudi ke kantor perwakilan DLU untuk membeli tiket kapal penyeberangan ke Labuan Bajo. Tadinya kami dapat informasi kapal akan sandar jam 20.00. Namun pas kami tiba, ada perubahan jadwal. Kapal Dharma Rucitra 8, akan sandar keesokan harinya, Selasa, 18 Juni jam 08.00 pagi. Oleh petugas, kami diharuskan sudah masuk ke Pelabuhan Gili Mas pada pukul 06.00

Setelah urusan tiket beres, karena dari siang belum makan, maka kami ke Kota Mataram untuk cari rumah makan ayam taliwang. Sialnya, hari ini pas dengan libur Idul Adha, banyak rumah makan yang tutup. Beruntung di hook perempatan Jalan Pejanggik dan Jalan Rajawali, ada rumah makan yang buka. Tampilannya lumayan. Wah kayaknya enak nih. Namanya Warung Taliwang Pak Mat. Kami pesan ikan bakar plus ayam taliwang yang sengaja kami minta di bungkus untuk persiapan makan malam dan sarapan pagi.

Selasa, 18 Juli, selepas subuh kami packing dan bersiap menuju ke Pelabuhan Gili Mas. Sepanjang perjalanan kami dimanjakan dengan siluet sunrise yang menyembul di balik bukit menerangi hamparan Pantai di sepanjang jalur Sekotong Lembar. Sungguh indah di nikmati. Tiba di Pelabuhan sekitar jam 07, kami check in. Selagi istri ngurus chech in, saya beli sarapan di tukang nasi yang jualannya di atas motor. Nasinya dibungkus oleh daun pisang. Masakannya asli Lombok, sungguh enak. Sebungkus daun pisang dihargai 10 ribu, dengan isi suiran ayam, sambal dan tumisan, ada juga tempe orek. Penjualnya orang Lombok.

Pl. Gilimas
Kami menunggu proses bongkar muat plus pengisian bahan bakar untuk kapal. Kapalnya besar dan baru. Namanya Dharma Rucitra VIII. Sekitar jam 09 barulah kami diizinkan masuk ke lambung kapal. Oh ya, selagi beli tiket kemarin, kami tidak dapat kamar atau cabin di kapal, melainkan hanya dapat tiket lesehan saja (ekonomi berdiri). Nah, barulah saat masuk ke kapal saya mencari ruang informasi untuk minta di upgrade ke kelas single cabin. Alhamdulillah kami dapat single cabin. Cocok untuk kami berlima. Selama di kapal kami dapat jatah 2 kali makan, siang dan malam.

Sekitar jam 11-an kapal lepas jangkar menuju ke Pelabuhan Labuan Bajo, NTT. Perjalanan diperkirakan 18 jam-an. Kapal menyusuri sisi barat pulau Lombok menuju arah utara lalu berbelok ke kanan menyisiri pulau Lombok sebelah utara, dan terus berlayar ke arah timur

Cililitan, Bali, Lombok, Labuan Bajo (1)

Liburan pertengahan tahun ini terasa lain ketimbang liburan akhir tahun yang biasanya kami jalani. Kalau biasanya liburan jalan darat hanya sekitaran Jawa, dan (paling jauh) Bali. Kali ini beda. Kami ke Labuan Bajo!

Awalnya gak tau pengen liburan ke mana. Rencananya seh mo ke Lombok aja, pengen coba jalan darat. Namun, ketika iseng-iseng nanya ke Razijed pengen liburan kemana? Dengan sedikit becanda dia jawab pengen ke Labuan Bajo. Whattttt…?? Labuan Bajo (LB) kan jauh, Mas, harus naik pesawat, dan ini peak season, musimnya orang liburan sekolah. Butuh dana berapa buat pesawat PP 5 orang? Kami mikir, hening sesaat. Keinginan ke Labuan Bajo tidak kami tolak namun tidak kami iyakan juga.. Kami masih pikir-pikir. “Boleh juga tuh Mah, kita ke LB,” candaku pada istri. Why not. Lalu proses cari info dan literasi pun kami mulai. Kalau ke Lombok aja bisa, kenapa Labuan Bajo tidak di coba? Kan tinggal 2 kali nyebrang tuh.

Ok, tekad kami bulatkan. Liburan ini harus ke LB. Pencarian dan tontonan liputan di Youtube tentang Flores pun gencar kami lakukan. Hampir saban malam saya dan istri pegang hape, nonton tayangan youtuber yang sudah pernah ke sana. 

Setelah hitung-hitung durasi dan lama perjalanan, akhirnya diputuskan untuk berangkat di hari Sabtu, 15 Juni 2024, pas ketika kami sekeluarga puasa hari tarwiyah di bulan Zulhijjah. Saya mengambil cuti 8 hari. Karena Senin (lebaran haji) dan Selasa (cuti Bersama) tanggal mereh, walhasil total waktu libur yang saya dapatkan adalah 16 hari.

Perjalanan kami mulai tepat jam 07.00, setelah sebelumnya mengisi full bahan bakar dan mengecek tekanan angin pada ban, di SPBU Pertamina, Cililitan.

Perjalanan lancar jaya, kami hanya singgah sebentar untuk pipis di KM 170-an sebelum masuk Cirebon. Setelah itu bablas hingga KM 400 an. Meski kami sekeluarga berpuasa, perjalanan berat dan letih tak terasa. Ngantuk pun, yang biasanya menyerang di pertengahan jalan, lenyap adanya. Kami sempat isi bahan bakar di KM 500 sekian, setelah Solo.

Tadinya, kami berencana bermalam dan buka puasa di Surabaya, namun karena pertimbangan jarak dan waktu yang kurang pas, akhirnya saya suruh istri untuk cari-cari penginapan di sekitar Probolinggo. Setelah buka puasa di Hokben, -di Rest Area KM 750-an arah ke Tol Malang, setelah tol dalam kota Surabaya- kami lanjut. Saya arahkan istri ‘tuk mencari penginapan di sekitar exit tol Transjawa. Setelah meliat-liat map di Google, akhirnya kami putuskan untuk bermalam di Kota Kraksaan Probolinggo. Penginapan yang kami tuju adalah di Hotel Alliya Syariah, Jl. Mayjen Sutoyo. Hotelnya dekat dengan jalan Trans Deandels, bersih dan tenang. Kami tiba sekitar pukul 21.00.

 Esok harinya, Ahad, 16 Juni saya sholat subuh di masjid samping hotel. Selesai sholat, sekitar jam 05.00 kami lanjutkan overland ini dengan tujuan ke Pelabuhan Jangkar di Situbondo. Jangkar adalah Pelabuhan yang melayani penyeberangan dari Situbondo ke daerah-daerah sekitaran Madura, dan yang terjauh adalah ke Lembar di Lombok, Nusa Tenggara. Beruntung, karena kami star dari Kraksaan jam 05, jalanan masih lengang. Hampir tak ada truk gandeng yang menggangu perjalanan ini. Kalaupun ada, dengan mudah kami salip lantaran di depan masih kosong, belum ramai dengan motor dan mobil. Sesuai perkiraan, kami tiba di Jangkar jam 08.00. Namun sayangnya Ketika kami tiba, tiket penyeberangan sudah habis. Tak ada pilihan lain, tanpa buang waktu langsung mobill saya arahkan ke Banyuwangi, menuju Pelabuhan Ketapang.

Tepat jam 09.00 kami beli tiket di kios penjualan online yang banyak dijumpai di sisi jalan arah masuk Pelabuhan penyeberangan Ketapang. Tanpa menunggu lama, mobil kami langsung masuk lambung kapal dan penyeberangan Jawa Bali pun dimulai. Sebenarnya jarak Jawa Bali sangat dekat, namun karena kapal menunggu antrian untuk sandar, maka kurang lebih 2 jam baru ban mobil kami menyentuh pulau dewata. Jam 12 WITA kami tiba, langsung saya arahkan mobil ke jalur Gilimanuk Denpasar.

Kami sempatkan untuk sholat jamak takdim sebelum masuk kota Tabanan. Sekira jam 16.00 kami cek in hotel. Lokasinya ada dekat perempatan Sanur. Kami pilih hotel Sanur Agung ini karena dekat dengan lokasi masjid Al-Ihsan yang akan kami sholati keesokan harinya. Di Bali kami hanya numpang tidur semalam. Rencananya, selepas sholat Ied langsung cau menuju Padangbai. Alhamdulillah puasa Arafah sukses kami jalani. Pas Maghrib tiba, kami berbuka puasa di Bebek Dower Gilimanuk yang buka cabang di dekat Sanur.