(Ki-Ka) Haji Husin Mugni; Haji Asmari; Haji Maidih; Haji Abdul Razak. |
Haji Maidih telah lama wafat. Beliau kukenal sebagai orang
tua yang suka memakai sorban. Sorban yang sering ia kenakan itu telah lusuh dan kucel, berpadu dengan pakaiannya yang juga telah tipis dan
pudar termakan usia. Biasanya, ia mengenakannya bila menghadiri undangan selamatan atau
arwahan. Nah, selain sorban, menariknya,
bila pergi kemanapun, ia
selalu membawa senter. Senter ini ia gunakan sebagai penunjuk jalan. Batu baterai-nya hampir
saban hari d-‘chas’ di teriknya matahari. Padahal menurutku, tanpa senterpun,
jalan-jalan yang ia lalui di sekitaran Kampung Kebon, Kemang, sudah berlampu semua. Sudah terang. Keadaan sekitar tahun 80-an saat itu, tentu kontras
dengan yang dijumpai Kong Maidih, sapaan akrabku padanya, ketika ia muda, saat
lampu belum ada, dan jalan masih beralaskan tanah. Aku tak ingin bercerita banyak tentangnya.
Namun ada beberapa kalimat yang mengusik pikiranku tatkala kami ngobrol ngalor-ngidul
dengan ayah dari Haji Matalih ini.
“Baba-nya Ji Damin
‘ntu, diculik waktu zaman NICA. Gak balik-balik”. Itulah kalimat yang sering ia ucapkan kala
tahu aku adalah ponakan Haji Madamin... (to be continue)
(kisah tentang penculikan kakek-ku akan kuceritakan pada alinea berikutnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar