Selain dekat kemana-mana,
apa sich yang menarik dari suatu hotel –selain- tentu saja layanan
dan fasilitas yang ditawarkan? Tergantung tujuannya. Kalau untuk berbulan madu,
lokasi yang jauh dari pusat keramaian dengan pemandangan indah, serta fasilitas
dan pelayanan prima yang ditawarkan tentu menjadi pilihan utama. Aku sendiri,
bila kebetulan harus bepergian dan menginap di suatu kota, biasanya memilih
hotel dengan lokasi yang strategis, atau dekat kemana-mana agar kesukaanku
dalam meng-explore, dan melihat sesuatu yang baru di tempat yang
kukunjungi dapat terpenuhi. Tempat-tempat yang banyak diperguncingkan orang
tentu lebih menarik perhatian untuk kulihat ketimbang lama-lama berdiam diri di
kamar hotel.
Dalam kunjunganku ke Amerika
baru-baru ini, dimana paling lama hanya 5 (lima) malam aku beristirahat di
satu hotel. Selebihnya, aku harus kembali ber-packing dan bersiap untuk pindah
ke kota selanjutnya, yang berarti harus check in kembali di hotel yang baru. Selama
di Amerika Serikat, hotel yang disediakan oleh Kemenlu AS lumayan cozy.
Standar bintang 4. Semuanya berada di pusat kota, dan –kebetulan- dekat
kemana-mana. Dekat ke pusat-pusat keramaian, tempat-tempat yang menarik, dan,
yang penting, nyari makan pun gampang.
Segera setelah landing di Washington DC, pihak panitia
penyelenggara menginapkanku di Hotel One Washington Circle. Lokasinya persis
berseberangan dengan Universitas George Washington. Dari namanya yang circle,
hotel ini tepat berada disisi lingkaran jalan/tugu Washington. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit berjalan
kaki untuk sampai ke Gedung Putih, ke kawasan Abraham Lincoln Memorial,
museum-musem yang ada di sekitarannya ataupun ke Kedubes Republik Indonesia
yang berlokasi di 2020 Massachusetts Avenue.
Hotel yang kutinggali di DC
sangat nyaman, yang ku taksir kalau di Jakarta seharga bintang 5. Semua
fasilitas tersedia lengkap. Disamping standar fasilitas bintang 4, di dalam
kamar, ada pula ruang masak. Ya, ruang masak dengan kompor gas yang siap untuk
dinyalakan. Peralatan masak pun tersedia. Jadi, tinggal beli beras atau mie
instan, kita bisa memasak dan menggoreng telor dan daging untuk bekal makan
malam.
Begitupun saat aku di Phili atau
Philadelphia. Aku tinggal di hotel yang hanya berjarak selemparan batu dari
pusat belanja dan kuliner. Hotelnya Club Quarters Philadelphia 1628 Chestnut
Street Philadelphia, Pennsylvania. Namun sayangnya fasilitas di hotel ini tidak
selengkap One Washington Circle. Tidak ada ruang masak. Kamarnya pun kecil.
Bagiku, yang namanya hotel
bintang 4 dimanapun berada, entah itu di Indonesia atau di negeri pewayangan
lainnya, tentu punya standar fasilitas dan pola layanan yang sama dan baku. Dan
itu biasa saja, tanpa ada kesan yang berarti bagiku. Namun, ada satu hal menarik
yang membuatku terkesan selama tinggal di hotel-hotel di Amerika. Ada yang unik
dan beda dalam fasilitas kamar hotel di Amerika. Selama 5 (lima) kali gonta
ganti hotel, ada satu benda atau fasilitas yang selalu ada dan tergantung di
sudut pojok ruang tempat gantungan baju.
Di hotel manapun yang pernah
kuinapi, baik itu di negeri pewayangan ataupun negeri impian, biasanya
fasilitas dan barang-barang standard yang terlihat dimata adalah sandal hotel,
kantong plastik untuk laundry, gantungan baju, kotak deposit, mini bar, alat
tulis, teh/kopi beserta gelasnya, handuk, dan perlengkapan mandi. Hanya itu.
Namun di Amerika, selain benda-benda tersebut, ada satu benda yang tampaknya menjadi benda yang
mesti ada di dalam per-standard-an hotel di Amerika. Ya. Di setiap hotel yang
kusinggahi selalu tersedia setrikaan beserta alas
untuk menyetrika. Amazing! Justru sandal
hotel yang gak pernah ada di kamar hotel-hotel yang
kuinapi.
Kedua benda itu sangat membantu
selama kegiatanku mengikuti IVLP. Maklum saja, bila aku menggunakan jasa binatu
untuk mencuci dan men-setrika pakaianku selama di Amerika, tentu akan
mengeluarkan biaya yang tidak murah. Ketimbang dana itu dialokasikan untuk jasa laundry,
lebih baik uangnya kusimpan untuk sekadar membeli oleh-oleh. Lumayan, ada
penghematan, meskipun pihak penyelenggara telah mengalokasikan dana harian
untuk laundry. Toh di kamar sudah ada setrikaan beserta
alas untuk menyetrika-nya. Jadi, buat apa me-laundry. Kugunakan fasilitas itu.
Beruntung aku sudah membawa deterjen bubuk dari Indonesia, jadi tinggal rendam
cucian, kucek, jemur di kamar mandi, kering, lalu di setrika di kamar. Beres.
Selain setrikaan, ada satu lagi
benda yang membantuku selama tinggal di negeri Paman Sam, yakni Microwave.
Barang ini sangat sangat membantuku. Dengan adanya microwave, dapat menghemat
pengeluaranku. Aku tidak perlu jajan makanan untuk bekal sarapan lantaran sisa
makan malam (makanan yang kubungkus di malam hari) dapat kuhangatkan untuk
sarapan pagiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar