Philly atau Philadelphia, berada
di negara bagian Pennsylvania. Kota ini memang kota yang multicultural. Beragam
ras dan bangsa ada disini. Bahkan orang Indonesia pun gak mau ketinggalan dalam mengadu nasib dan peruntungannya di
kota seribu satu mural ini, ditaksir ada sekitar 5000-an warga Indonesia yang
bekerja –baik legal maupun illegal- di pabrik-pabrik dan sektor informal yang
tersedia. Tak sulit menemukan mereka. Saat aku belanja di Reading Terminal
Market, kujumpai beberapa kasir dan pelayan toko asal Pluit, Jakata dan
kota-kota di Indonesia lainnya. Kusempatkan waktu untuk mengobrol dengan
mereka.. Saat sore, selepas jam kerja, rupa warna dan raga orang-orang lalu
lalang di depan hotel-ku. Hilir mudik, sibuk dengan urusannya. Bahkan, pengemis
pun tak kalah ‘sibuk’ nya, banyak yang nongkrong di lokasi-lokasi strategis.
Dengan modal sobekan karton bertuliskan “Homeless,
Give your pennies, please. Need Food” seakan melambaikan iba ‘tuk
dikasihani.
Lantaran banyaknya orang kulit
berwarna (baca:asia), maka tak sukar menemukan makanan Asia di kota yang pernah
menjadi ibu kota dari Amerika serikat ini. Di Reading Terminal Market, ‘Pasar
Modern’ nan khas yang ada di Phili, misalnya, banyak stand makanan dari Thai,
India, dan China. Nah, sewaktu berada di
Philadelphia, rupanya Pak Hendki dan Mba Nunu, LO kami selama di Amerika, tahu
kerinduan kami akan masakan Indonesia. Dibawanya kami untuk menikmati dan mencicipi
cita rasa nusantara ke sebuah rumah makan yang sudah terkenal di kalangan warga
Indonesia yang bermukim di sekitar kawasan pantai timur Amerika. Restoran
Hadena namanya. Lokasinya di 1754 S Hicks
Street, Philadelphia Restoran
ini dimiliki dan dikelola oleh imigran asal Surabaya yang
telah lama bermigrasi ke Amerika. Kami menyapanya dengan panggilan Oom. Si Oom
mengaku telah ada di Amerika sekitar tahun 70-an, dimana awalnya sempat bekerja
sebagai staf di KJRI Indonesia di New York.
Saat aku memasukinya, terlihat
ornament khas Indonesia berupa patung dan beberapa ukiran dari Jawa. Tampak
pula meja kursi yang tertata persis seperti rumah makan sederhana di Jawa. Nah,
untuk penyajian makanan, gak beda dengan sajian tata letak makanan ala Warteg.
Terhampar di bilik kaca aneka masakan dan olahan. Semua makanan dan sayuran
khas Indonesia (Jawa) tersaji. Ada sayur lodeh; Sop, Sayur Asem; Oseng-oseng
kacang panjang; Tempe goreng; Gulai Telor/Ikan; Rendang; Kerecek; Kering tempe dan
teri; Gudek; Bahkan soto, dan gado-gado. Semuanya tampak menggugah selera. Pilihan menu nasi ramesan di Hadena ini lumayan
banyak dan variatif. Harganya pun relatif murah, berada di kisaran 10 an
dollar.
Mungkin kalau kita berada di
tanah air, hidangan demikian akan terlihat biasa saja dalam pandangan mata.
Namun saat ini aku sedang berada di Amerika, jarak yang beribu-ribu mile dari Jakarta,
adalah hal yang amazing dan excited menemukan ada makanan khas nusantara
terhampar di depan mata.
Puas melihat hidangan yang ada,
barulah aku menentukan pilihan. Aku memesan sayur lodeh dengan telor dan tempe
kering, plus sambal terasi. Tadinya kupikir rasa sambalnya biasa saja, seperti
sambal olahan dalam botol. Namun dugaanku salah. Ternyata sambalya asli sambal
olahan tangan (sambal dadak) dengan rasa terasi Indonesia yang khas. Saat aku
tanyakan dimana mendapatkan ini semua, Si Oom menjawab bahwa pencarian aneka
bumbu dan rempah dilakukan secara bergerilya, dalam arti tidak di satu lokasi saja
namun merambah state lain hingga ke Los Angeles, dimana banyak bermukim warga
Indonesia. Adakalanya rempah dan bahan-bahan masakan itu sengaja di boyong dari
Indonesia bila kebetulan Si Oom atau kerabatnya ‘mudik’ ke Indonesia. Saat aku
bersantap siang, tampak beberapa warga kulit putih yang sedang menikmati
hidangan khas Jawa ini. Kulirik pula ada seorang pria Indonesia sedang memesan
makanan untuk di to go atau dibawa
pulang.
Setelah kenyang
bersantap siang, kami menyempatkan diri mampir ke minimarket khas Indonesia
yang lokasinya gak terlalu jauh dari Hadena Resto. Namanya Pandawa. Saat masuk,
aku melihat aneka tulisan berbahasa Indonesia. Tulisan ini tampaknya sengaja
ditampilkan mengingat hampir 90 persen pengunjung Pandawa adalah warga
Indonesia yang banyak bermukim di South Philly.
Toko ini
menyajikan hampir semua jenis makanan dan kebutuhan masak Indonesia. Aneka rupa
bumbu dan penyedap cita rasa khas Indonesia dengan mudah kita temukan disini.
Ada saos sambel, kecap manis, dan sebagainya. Aneka snack kering dan kerupuk (dalam
kemasan) nampak tergantung di dinding toko. Ada pula keripik, kacang, kue, permen
dan aneka kue basah lainnya yang menggoda ‘tuk dicicipi. Bukan itu saja, bahkan
ada nasi padang bungkusan, nasi kuning, nasi rames(an), lontong sayur, nasi
pecel, dan bumbunya pun tersedia. Untuk kudapan teman minum teh di sore hari
pun tersedia, seperti aneka gorengan, kue lopis, juga makanan hasil kukus. Ada pula
bakmi, empek-empek dan sebagainya Singkatnya, bagi mereka yang rindu olahan
masakan tanah air, bisa berbelanja di toko Pendawa ini.
Toko Pendawa
menerapkan sistem konsinyasi atau titipan. Semua barang dan makanan diolah dan dipasok
oleh warga Indonesia yang ada di Philli. Jadi tak aneh bila cita rasa dan olahan
yang di jual di Pendawa di jamin 100 persen cita rasa Indonesia. Dari (titipan)
warga, (diolah dan dimasak) oleh warga, dan untuk (disantap) warga Indonesia
yang ada di Phili.
Inilah
Philadelphia. Tampaknya warga Indonesia memanfaatkan betul peluang bisnis yang
ada. Banyaknya orang Indonesia di Phili adalah peluang bagi bisnis kuliner.
Orang Indonesia tentu lebih memilih makanan Indonesia ketimbang kuliner dari
negara lain. Kehadiran masakan dan olahan Indonesia pastinya akan menjadi obat
penawar rindu mereka dengan tanah airnya, juga dengan kulinernya. Dan kerinduan
itu terobati oleh kehadiran Hadena dan Pendawa di Philadelphia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar