Sungainya
tidak lebar. Kutaksir hanya selebar Sungai Brantas yang membelah Kertosono dan
Jombang, di Jawa Timur. Kuamati aliran airnya tenang, namun kurasa cukup dalam
dan menghanyutkan. Tampak kapal tongkang pengangkut batubara melintas dari hulu
menuju hilirnya. Ya, sama seperti Sungai Mahakam di Kalimantan Timur, Sungai Mississippi
tampaknya menjadi alur pelayaran untuk beragam kebutuhan, utamanya mengangkut
sumber daya mineral. Dan, Kota St. Louis berada persis di sisi Sungai
Mississippi.
Dulunya
kota ini bernama Lousiana. Oleh Presiden Amerika, Thomas Jefferson, kota ini
dibeli dari Perancis di tahun 1803. Jefferson mempunyai obsesi ingin memperluas
wilayah Amerika jauh hingga ke barat. Maklum, saat itu kawasan di timur dirasa cukup padat, hingga dirasa perlu membuka dan mengembangkan kawasan barat yang masih luas. Lantaran posisinya bersisian dengan
Sungai Mississippi, maka kota ini tumbuh berkembang sebagai kota niaga dan
industry. Nyebrang ke arah timur, kita
akan masuk wilayah negara bagian Illinois. St. Louis sendiri masuk ke dalam
negara bagian Missouri.
Kota
ini menurutku tak terlalu gemerlap. Lalu lintasnya tak seramai kota-kota di pesisir pantai
timur Amerika. Maklum St. Louis berada di tengah-tengah America Serikat. Ia
tidak mempunyai garis pantai. Kemana-mana jauh tentunya. Banyak yang menyangka
St. Louis adalah ibukota-nya Missouri, namun itu keliru. Missouri ber-ibukota di Jefferson
City. Sering kulihat beberapa pengendara
motor besar hilir mudik melintasi jalan-jalan utama St. Louis. Pemandangan yang
tak kujumpai di kota Philly maupun di DC. Mungkin mereka berkendara antar
negara bagian. Bisa jadi mereka sedang touring. Oh ya, kota ini juga rawan
serangan badai tornado. Dibandara sempat kulihat bunker tempat perlindungan
dari badai.
Yang
menarik dari St. Louis adalah The Gateway Arch. Menara melengkung ini adalah
icon dari kota berpenduduk 318 ribu jiwa. Saat kunjunganku pada pertengahan
Maret 2016 silam tampak kesibukan para pekerja menyelesaikan pembangunan taman di
sekitar St. Louis Gateway Arch. Sayang, aku datang di waktu yang tak tepat,
sehingga tak berhasil melihat pemandangan kota St. Louis dari puncak Arch
Gateway. Namun dari beberapa sumber yang kuperoleh, untuk naik ke puncak Arch
setinggi 192 meter ini memerlukan waktu sekitar 4 menitan.
The
Gateway Arch sendiri dibangun untuk mengenang visi Jefferson sebagai penanda
dan peringatan akan ekspansi dan perluasan wilayah Amerika ke arah barat. The
Arch juga bisa dimaknai sebagai perlambang gerbang masa depan menuju ke
(kawasan) barat. Sebelumnya memang pembangunan Amerika banyak terpusat di
kota-kota di pesisir Timur (east coast).
Bila
kebanyakan menara bentuknya berupa tiang tinggi menjulang lurus ke atas, oleh
sang arsitek pemenang sayembara, Eero Saarinen, menara ini dirancang dengan bentuk
menjulang lalu melengkung persis seperti gerbang. Ya temanya memang gerbang
masa depan. Sayang sang arsitek tidak sempat melihat hasil rancangannya
terwujud. Ia keburu meninggal di tahun 1951. Akhirnya, baru di tahun 1963 The
Arch dapat dibangun dan rampung di tahun 1967.
Menara
ini memang unik bentuknya. The Arch sangat sederhana tanpa embel-embel hiasan
atau relief di dinding-dindingnya. Ia adalah menara melengkung terbesar di
dunia terbalut dari stainless steel. Gateway Arch berada membelakangi sungai Mississippi
di sisi timur dan melambangkan harapan atau menghadap ke arah barat, ke kota
St. Louis. Persis berada lurus di depannya sebuah
gedung megah beratap hijau. Gedung itu adalah Old Courthouse sebuah gedung pengadilan dengan patung artistic di depan bangunannya.
Selama di kota The Lou ini, aku menginap di Hotel Drury Plaza yang
hanya berjarak selemparan batu saja dari Old Courthouse dan The Arch. Beruntung
aku mendapatkan posisi kamar yang menghadap ke timur. Dari kamar hotel, setiap
paginya aku dapat menikmati sunrise yang memantulkan sinar kemerahan dari
sungai Mississippi. Paduan ini sangat
indah dengan siluet dari the Arch. Saban sore pula tampak kulihat kapal-kapal
niaga berlayar hilir mudik membelah sungai sepanjang 3730 Km ini.
Sayang,
aku hanya menetap selama 4 (empat) hari di kota berjuluk Gateway to the West
ini. Belum banyak sisi kota seluas 160 Km2 yang kutelusuri. Bahkan kota ini
terlampau luas untuk kususuri dengan hanya berjalan kaki. Jarak antar blok
sangat luas, tidak sependek DC ataupun Philadelphia, yang memang friendly untuk
dinikmati dengan berjalan kaki. Memang tak berlebihan bila St. Louis adalah
kota yang luas dengan jalan-jalan yang luas pula. Ia adalah perlambang
keluasan, jalan ke arah barat, jalan dimana tanah harapan masih terbentang
luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar