Rabu, 13 April 2016

Minuman yang Selalu Dingin

Telah menjadi kelaziman, sesaat setelah kita memesan makanan, sambil menunggu hidangan siap untuk disajikan, sang pramusaji atau pelayan di rumah makan atau restoran, selalu menanyakan tentang minuman apa yang kita inginkan. Teman-temanku kebanyakan memesan es teh manis, es jus, ataupun teh panas manis sebagai air minum pendamping santapan. Aku sendiri punya pilihan baku. Biasanya teman-temanku yang lama mengenalku dan sering makan bareng pasti akan memilihkan tawar hangat untukku. Begitulah, masing-masing punya pilihan menu dan minumannya.

Tidak hanya di Jakarta. Kebiasaan itu hampir merata di tiap-tiap rumah makan, di kota-kota di Indonesia. Kalaupun berbeda hanya pada penyebutan istilah saja. Bila kita ke Medan, Sumatera Utara, mungkin sering terdengar pelayan menyebutkan “teh tong”. Teh tong merupakan istilah yang biasanya disematkan untuk minuman teh tanpa gula dan es. Di Batam lain lagi. Ada istilah “teh obeng”. Teh obeng tidak lain adalah es teh manis. Bila kita ingin teh manis panas, biasanya disebut “teh O”. Namun, kalau kita hanya pesan teh tawar maka sebut saja “teh O kosong”.

Well. aku tidak ingin bercerita tentang budaya atau istilah minum meminum di Indonesia, namun kali ini saya ingin bercerita tentang minuman sebagai pendamping dari hidangan saat kita bersantap di Amerika!

Aku berada di Amerika selama hampir satu purnama. Ada kebiasaan yang menurutku sangat absurd dan rada aneh. Biasanya, setelah kami, para peserta IVLP dari Indonesia memesan makanan, sambil menunggu makanan siap dihidangkan, sang pramusaji atau pelayan di rumah makan, dengan sigapnya, -seolah sudah standar baku- menyajikan minuman air putih SELALU dengan es. Ini menarik. Bila kita berada di negara bergurun di timur tengah ataupun di wilayah tropis yang beriklim panas, sajian minuman dingin tentu sangat diharapkan. Namun, saat ini aku tinggal di negara 4 musim, dan kebetulan saat kunjunganku ke USA, jatuh di penghabisan musim dingin, yang berarti suhu udara masih dikisaran 5 (lima) derajat Celcius bahkan pernah dibawah 0 derajat Celcius. Bayangkan, suhu dingin tapi selalu disajikan minuman dingin, dan selalu dengan Es. Tanpa es saja air putih di Amerika itu sudah sangat dingin. Lha, sudah dingin, masih ditambah pula dengan es. Alamak!!

Lantaran sudah tahu kebiasaan para pelayan restoran disana, selalu, bila si pelayan mendekat kepadaku, akan kubilang: “mineral without ice, plisss!” Meski without ice tetap saja air putih itu terasa dingin. Saking jengkelnya, sering pula aku memesan air putih very hot!! Ya, takutnya dikasih yang hangat-hangat kuku, maka sekalian saja aku nikmati air putih super panas sebagai penghangat badan di suhu minus 0 derajat.

Oh ya, satu lagi yang kuamati. Untuk ukuran gelas minuman-nya pun juga ukuran jumbo. Tidak pernah kutemukan ukuran gelas se-ukuran gelas di Indonesia (sebesar buah belimbing), selalu dengan gelas (plastic) ukuran jumbo.

Tatkala kebiasaan itu (minum air dingin) kutanyakan kepada Pak Hengki, teman dudukku, -meski ia lama tinggal di Amerika- namun jawaban yang ia berikan tidak memuaskanku. Di udara dingin kok masih minum air dingin plus ditambah es. (maaf) Sinting! Hehhe.. Akhirnya, aku sampai pada kesimpulan yang konyol, bila aku dan mungkin saudara-saudaraku berdarah biru, mungkin saja mereka, orang Amerika berdarah panas.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar