Rabu, 20 April 2016

Ruang Publik Terbuka di Amerika, Sejumput Keindahan Untuk Semua Orang

Di Jakarta, saat kita berkendara dari arah Thamrin menuju Senayan, terlihat berdiri kokoh menghormat, patung Jenderal Sudirman. Begitu pun bila kita berada di bundaran Medan Merdeka, akan tempak patung MH Thamrin, tokoh Betawi legendaries. Sayangnya patung kedua tokoh bangsa itu berada di tepi jalan raya yang ramai, bukan di taman yang luas dan nyaman. Meskipun ada, seperti patung berkuda Pangeran Diponegoro, patung RA Kartini, dan patung dada MH Thamrin, di taman monas, namun tak banyak taman-taman kota dengan patung pahlawan di dalamnya.

Aku ingin berbagi cerita tentang taman dan patung saat lawatanku ke kota-kota besar dan kecil di penjuru Amerika Serikat, memenuhi undangan pemerintah Amerika dalam program pertukaran International Visitor Leadership Program (IVLP) selama tempo 3 (tiga) pekan di Maret 2016 silam. Ada hal menarik yang kulihat saat berkunjung ke kota Washington DC; Philadelphia; St. Louis; Helena; dan Salt Lake City. Semua kota dan tempat yang kukunjungi sangat teratur, indah, bersih, dan nyaman. Keindahan kota-kota di Amerika Serikat direfleksikan dengan kehadiran taman-taman dan ruang publik yang nyaman, bersih, dan bernilai estetik. Dan, yang membuatku excited adalah hampir seluruh taman dan ruang terbuka publik dihiasi dengan patung-patung monument, dan instalasi seni bernilai tinggi.

Taman-taman kota itu luas dengan bangku-bangku taman yang bertebaran di sudut-sudutnya. Kulihat banyak warga memanfaatkan taman itu untuk bermain, memadu kasih dengan pacar, atau sekadar untuk duduk melepas lelah. Maklum saja, di Amerika, kita akan dibiasakan berjalan kaki –lantaran tidak ada budaya bersepeda atau ngangkot- untuk menuju ke suatu tempat yang hanya dipisahkan oleh beberapa blok saja.  


Menariknya, keberadaan taman kota tidak hanya digunakan untuk sekadar menikmati taman dan keindahan kota, Bahkan –ironisnya- taman itu juga dimanfaatkan untuk mengemis dan ‘tempat tinggal’ para homeless yang mencari kehangatan mentari di awal musim semi, seperti tampak di banyak taman-taman di DC. Begitulah adanya taman-taman di Amerika, dimana fungsi keindahan taman bisa dinikmati oleh siapa pun tanpa memandang status sosialnya. Siapapun berhak memanfaatkannya, bahkan ‘petugas trantib’ pun tak berani mengusir para homeless itu untuk keluar dari taman. Taman adalah wilayah publik, setiap orang berhak memanfaatkannya, dan, Amerika sangat menjunjung tinggi kebebasan dan hak-hak individu.

Taman-taman kota dengan patung-patung yang menghiasinya adalah sejumput dari keindahan kota yang selalu dihadirkan di setiap taman yang ada. Patung itu bisa berwujud para pahlawan atau presiden Amerika Serikat terdahulu, bisa pula berupa instalasi seni atau patung hewan khas suatu kawasan atau wilayah. Tampaknya seni dan budaya mendapat perhatian dan tempat tersendiri di Amerika.

Dari 5 (lima) kota yang kukunjungi, DC paling banyak dijumpai patung para pahlawan pendiri Amerika. Tak heran, mengingat DC adalah ibu kota dan etalase Amerika. Pemerintah pusat (Federal) sangat memberikan perhatian yang lebih kepada para pendiri bangsa. Jasa mereka sangat di apresiasi. Tercatat ada beberapa yang dibuatkan monumen secara khusus, seperti (tugu peringatan) Abraham Lincoln Memorial yang sedang duduk menghadap Monumen Washington. Ada pula tugu peringatan dari Thomas Jefferson yang berada dekat Tidal Basin. Yang juga menarik adalah, selain kedua tokoh tersebut, kebanyakan patung para tokoh yang ada di taman-taman kota di Amerika itu sedang menunggang kuda. Boleh jadi kuda melambangkan patriotosme dalam berperang, sehingga dibuat patung-patungnya.

Lain lagi di Philadelphia. Sebagai kota dengan jumlah lahan hijau yang terbatas, Philly, memanfaatkan seoptimal mungkin ruang terbuka yang ada untuk taman-taman kota dan ruang publik hijau. Taman-taman kota itu dihiasi dengan patung-patung dan seni instalasi yang bernilai artistik karya seniman terkemuka. Pemerintah kota Philly mempunyai kebijakan bahwa setiap pengembang atau pengusaha yang hendak membangun gedung, harus mengalokasikan dana sekitar 5% dari total biaya pembangunan untuk membangun karya seni bagi keindahan kota. Kebijakan ini tentu disambut positif, dan diterapkan oleh seluruh komunitas yang peduli dengan pembangunan di Philly.


Berkaca dari taman-taman kota di Amerika, tampaknya kebijakan dalam penataan taman-taman dan ruang publik terbuka di Indonesia perlu di re-orientasi, agar taman tidak sekadar taman dengan hamparan pohon, tumbuhan, dan tanaman hias semata, namun bagaimana meng-create taman yang bersih, nyaman, dan mempunyai jiwa atau isi. ‘Isi’ itu bisa direfleksikan dengan kehadiran karya seni baik berupa patung, monument, maupun instalasi seni yang mencerminkan semangat warga negara dalam menghargai seni dan (juga) menghormati jasa para pahlawannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar