Di Jakarta, saat kita berkendara dari arah
Thamrin menuju Senayan, terlihat berdiri kokoh menghormat, patung Jenderal
Sudirman. Begitu pun bila kita berada di bundaran Medan Merdeka, akan tempak
patung MH Thamrin, tokoh Betawi legendaries. Sayangnya patung kedua tokoh
bangsa itu berada di tepi jalan raya yang ramai, bukan di taman yang luas dan
nyaman. Meskipun ada, seperti patung berkuda Pangeran Diponegoro, patung RA
Kartini, dan patung dada MH Thamrin, di taman monas, namun tak banyak taman-taman
kota dengan patung pahlawan di dalamnya.
Aku ingin berbagi cerita tentang taman dan
patung saat lawatanku ke kota-kota besar dan kecil di penjuru Amerika Serikat,
memenuhi undangan pemerintah Amerika dalam program pertukaran International Visitor
Leadership Program (IVLP) selama tempo 3 (tiga) pekan di Maret 2016 silam. Ada
hal menarik yang kulihat saat berkunjung ke kota Washington DC; Philadelphia;
St. Louis; Helena; dan Salt Lake City. Semua kota dan tempat yang kukunjungi
sangat teratur, indah, bersih, dan nyaman. Keindahan kota-kota di Amerika
Serikat direfleksikan dengan kehadiran taman-taman dan ruang publik yang
nyaman, bersih, dan bernilai estetik. Dan, yang membuatku excited adalah hampir seluruh taman dan ruang terbuka publik
dihiasi dengan patung-patung monument, dan instalasi seni bernilai tinggi.
Taman-taman kota itu luas dengan
bangku-bangku taman yang bertebaran di sudut-sudutnya. Kulihat banyak warga
memanfaatkan taman itu untuk bermain, memadu kasih dengan pacar, atau sekadar
untuk duduk melepas lelah. Maklum saja, di Amerika, kita akan dibiasakan
berjalan kaki –lantaran tidak ada budaya bersepeda atau ngangkot- untuk menuju ke suatu tempat yang hanya dipisahkan oleh
beberapa blok saja.
Menariknya, keberadaan taman kota tidak hanya
digunakan untuk sekadar menikmati taman dan keindahan kota, Bahkan –ironisnya-
taman itu juga dimanfaatkan untuk mengemis dan ‘tempat tinggal’ para homeless yang mencari kehangatan mentari
di awal musim semi, seperti tampak di banyak taman-taman di DC. Begitulah adanya
taman-taman di Amerika, dimana fungsi keindahan taman bisa dinikmati oleh siapa
pun tanpa memandang status sosialnya. Siapapun berhak memanfaatkannya, bahkan
‘petugas trantib’ pun tak berani mengusir para homeless itu untuk keluar dari taman. Taman adalah wilayah publik,
setiap orang berhak memanfaatkannya, dan, Amerika sangat menjunjung tinggi
kebebasan dan hak-hak individu.
Taman-taman kota dengan patung-patung yang
menghiasinya adalah sejumput dari keindahan kota yang selalu dihadirkan di
setiap taman yang ada. Patung itu bisa berwujud para pahlawan atau presiden
Amerika Serikat terdahulu, bisa pula berupa instalasi seni atau patung hewan
khas suatu kawasan atau wilayah. Tampaknya seni dan budaya mendapat perhatian dan
tempat tersendiri di Amerika.
Dari 5 (lima) kota yang kukunjungi, DC paling
banyak dijumpai patung para pahlawan pendiri Amerika. Tak heran, mengingat DC
adalah ibu kota dan etalase Amerika. Pemerintah pusat (Federal) sangat
memberikan perhatian yang lebih kepada para pendiri bangsa. Jasa mereka sangat
di apresiasi. Tercatat ada beberapa yang dibuatkan monumen secara khusus, seperti
(tugu peringatan) Abraham Lincoln Memorial yang sedang duduk menghadap Monumen
Washington. Ada pula tugu peringatan dari Thomas Jefferson yang berada dekat Tidal
Basin. Yang juga menarik adalah, selain kedua tokoh tersebut, kebanyakan patung
para tokoh yang ada di taman-taman kota di Amerika itu sedang menunggang kuda. Boleh
jadi kuda melambangkan patriotosme dalam berperang, sehingga dibuat
patung-patungnya.
Lain lagi di Philadelphia. Sebagai kota
dengan jumlah lahan hijau yang terbatas, Philly, memanfaatkan seoptimal mungkin
ruang terbuka yang ada untuk taman-taman kota dan ruang publik hijau.
Taman-taman kota itu dihiasi dengan patung-patung dan seni instalasi yang
bernilai artistik karya seniman terkemuka. Pemerintah kota Philly mempunyai
kebijakan bahwa setiap pengembang atau pengusaha yang hendak membangun gedung,
harus mengalokasikan dana sekitar 5% dari total biaya pembangunan untuk
membangun karya seni bagi keindahan kota. Kebijakan ini tentu disambut positif,
dan diterapkan oleh seluruh komunitas yang peduli dengan pembangunan di Philly.
Berkaca dari taman-taman kota di Amerika, tampaknya
kebijakan dalam penataan taman-taman dan ruang publik terbuka di Indonesia perlu
di re-orientasi, agar taman tidak sekadar taman dengan hamparan pohon, tumbuhan,
dan tanaman hias semata, namun bagaimana meng-create taman yang bersih, nyaman,
dan mempunyai jiwa atau isi. ‘Isi’ itu bisa direfleksikan dengan kehadiran
karya seni baik berupa patung, monument, maupun instalasi seni yang mencerminkan
semangat warga negara dalam menghargai seni dan (juga) menghormati jasa para
pahlawannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar