Rabu, 15 November 2017

Secret Service di Sekitar Gedung Putih

Bandara Ronald Reagen yang letaknya di Washington DC, tak jauh lokasinya dari pusat pemerintahan Amerika Serikat, seperti Gedung Putih, Capito Hill ataupun tempat-tempat bernilai strategis lainnya. Dari Bandara ke lokasi-lokasi itu jaraknya tak lebih dari 10 km. Agar mudah, aku bisa kasih sedikit ilustrasi jika Gedung Putih berlokasi di Istana Merdeka, Jakarta, maka Bandara letaknya sekitar kawasan Jembatan Semanggi. Dari Monumen Hall, kita dapat dengan jelas melihat saat pesawat akan landing ataupun takeoff. Begitupun dari Jembatan Sungai Potamac, jembatan menuju ke Arlington National Cemetery ini misalnya terlihat dengan jelas roda pesawat menyembul di balik badan pesawat pertanda pesawat hendak turun.

Lantaran posisi Bandara Ronald Reagen yang dekat dengan instalasi strategis dan obyek vital inilah, pasca 9/11, ada kekhawatiran dari Secret Service (SS), Paspampres-nya Amerika, terhadap potensi bahaya yang diakibatkan dari pesawat terbang yang bisa sewaktu-waktu di bajak dan diarahkan untuk menyeruduk gedung itu. Namun kekhawatiran itu tampaknya telah diantisipasi dengan menerapkan aturan yang sangat ketat saat kita hendak naik pesawat di seluruh bandara yang ada di USA. Dan, nyatanya meski Gedung Putih dan Capitol Hill hanya sepelemparan meriam saja dari Bandara Ronald Reagent, toh bandara itu tetap saja beroperasi melayani penerbangan sipil. Tak ada yang berubah.

Bicara mengenai keamanan di obyek-obyek vital di DC, utamanya Gedung Putih, aku ingin sedikit berbagi pengalaman. Pagi itu, selepas subuh, di keremangan antara gelap dan terang, saat mentari belum terbit, aku beringsut meninggalkan kamar hotel turun ke bawah menuju lobby. Malam tadi secara sekilas aku telah mempelajari peta kota DC. Dari tempatku menginap, kulihat di peta posisi White House tampaknya tidak begitu jauh dari hotelku, Washington Circle. Begitu pintu lift terbuka, bergegas aku menuju meja resepsionis yang hanya di jaga oleh wanita cantik usia remaja dan seorang petugas keamanan yang berdiri di dekatnya. 

Sambil menyorongkan peta kutunjukan posisi Gedung Putih dan berkata: “Show me direction to White House from your hotel, here,” Setelah melihat petaku, dengan cekatan si petugas keamanan yang ramah itu berkata: “follow the Pensylvania Street. Over there, straight” tunjuknya kearah luar lobby hotel. Aku masih bingung. Ya bingung lantaran di depan hotelku ada begitu banyak persimpangan, bahkanb hingga delapan persimpangan. Mana yang lurus? Lurus yang sebelah kiri, agak mencong ke kiri atau yang agak ke kanan. Takut salah, maka kutarik tangan si petugas keamanan tadi keluar lobby hotel menuju parkiran depan hotel dan berkata show me the street. “Over there”, tunjuknya. Begitu yakin, kubalas dengan anggukan sambil berkata: “Oke, thank you, I willl be there. See You.”

Bergegas kepacu langkahku menyusuri Pensylvania Street. Tak sampai seperapat jam, sampailah aku di ujung jalan dan kawasan jalan sekitar Gedung Putih (GP) membentang di depan mata. Di sepinya lalu lintas di minggu pagi itu, tampak beberapa mobil polisi dan mobil Secret Service milintang jalan menandakan bahwa kawasan itu bukan jalan umum. Saat tiba, belum banyak wisatawan yang berkunjung. Hanya ada satu dua warga yang sedang jogging pagi. Yang kutaksir mereka juga adalah turis sama sepertiku. Langsung saja aku mendekat ke arah GP dan bernarsis. Akhirnya sampai juga di Gedung Putih. Oo ini toh rumahnya Obama, gumamku.

Lantaran sepi, rada sulit juga untuk meminta tolong seseorang memotoku dengan Gedung Putih sebagai background. Untung ada salah seorang turis juga yang sama sepertiku, jalan pagi dan mengambil poto gedung itu. Langsung kuhampiri dan berkata take me a picture please. Begitulah, akhirnya aku dapat berpose persis di pinggir pagar gedung putih, hanya sendiri, saat belum ramai orang. Tadinya aku rada khawatir akan disuruh menjauh atau dilarang mendekat, namun nyatanya, fine fine saja. Petugas SS hanya mengawasi dari jarak 20 meter dari posisi ku berdiri. Saat itu kulihat ada beberapa petugas SS yang berdiri di sekitar pagar luar gedung putih dengan senjata laras panjangnya. Mereka pun tampaknya tak keberatan saat aku mengambil foto mereka. Dan, beberapa foto SS berlatar belakang GP dengan beragam pose berhasil kuambil. Beres, segera kupacu langkah kembali ke hotel masih dengan menyusuri jalan yang sama.

Setelah sarapan dan beberes untuk persiapan acara di minggu pagi itu, rupanya pihak Kemenlu AS telah mengagendakan kegiatan City Tour. Mereka khusus mendatangkan tour leader untuk mengajak kami berkeliling DC, sekaligus melihat dan menerangkan GP secara lebih mendetail. Saat tiba di siang itu sudah banyak wisatawan yang datang. Kutaksir jumlahnya seratusan. Kuamati dan kulihat para wisatawan dapat dengan mudah berpose persis menempel di pagar GP. Sekali lagi, tak tampak kekhawatiran pada SS bila sewaktu-waktu ada teroris yang menyamar sebagai wisatawan yang melempar sesuatu (granat atau bom) ke dalam taman GP. Tampaknya SS telah terlatih sehingga tahu potensi bahaya dan profile para pembawa bahaya, hehe.. Meski demikian jika dirasa jumlah wisatawan terlalu banyak dan crowded, maka petugas SS dengan anjing-anjing penjaganya akan memaksa pengunjung untuk menjauh dari pagar, dan bisa pula seketika dengan tiba-tiba areal itu harus dikosongkan. Mungkin penghuni gedung putih sedang keluar atau berada dekat dengan taman, siapa tahu.


Itulah prosedur pengamanan di GP yang kulihat. Tidak parno dan berlebih-lebihan. SS sadar bahwa disamping sebagai tempat kediaman resmi presiden AS, GP juga menjadi salah satu destinasi menarik di DC bagi para turis di dunia. Maka mereka memberikan kebebasan kepada turis untuk mendekat dan berfoto di depan GP. Siapa sih yang tak bangga bisa berfoto di depan Gedung Putih? Bila dibandingkan dengan Istana Kepresidenan di Jakarta, mungkinkah kita dengan mudah dan leluasa berpoto dan bernarsis persis di pagar dan hanya sepelemparan batu dengan bangunan utama istana? Sepertinya tidak. Bila mereka mengizinkan turis berpoto dipinggir pagar istana, lalu kenapa di istana kepresidenan Jakarta tidak. Tampaknya Paspampres kita perlu belajar banyak dengan SS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar