Zaman old, jika warga kampung saya hendak plesir ke ‘ibu kota’ Jakarta Timur,
mereka menyebutnya pergi ke Mester. Jarang yang bilang ke Jatinegara. Jarak
dari Kampung Kebon di Kemang ke Mester lumayan jauh untuk ukuran kala itu.
Perlu waktu setengah hari pulang pergi. Biasanya mereka ke Mester untuk membeli
keperluan yang tidak di dapat di Pasar Minggu, atau Pasar Kebayoran, kedua
pasar yang cukup besar di Jakarta Selatan. Salah satu tujuan ke Mester adalah betulin gigi atau masang gigi palsu.
Selain panca
indera yang lima macam itu, gigi juga memegang peranan penting dalam kehidupan
kita. Tanpa gigi depan misalnya, takkan bisa kita menggarot apel, atau jambu.
Apalagi, kalau gigi geraham kita ada yang tanggal, saya pastikan salah satu
kenikmatan hidup berupa mengunyah makanan akan terganggu. Tak heran bila ada
orang yang berkata, lebih baik sakit hati ketimbang sakit gigi. Disamping untuk
mengunyah dan menggarot makanan, gigi juga berfungsi untuk estetika atau
keindahan. Orang akan dipandang menawan salah satunya, bila gigi-giginya
tertata dengan rapi, tidak tonggos (maju kemuka seperti bemo), putih dan
bersih. Sayangnya, bila gigi depan kita tanggal, ini akan menjadi cacat
permanen. Untuk mengobatinya hanya ada satu solusi, buat gigi palsu.
Meski zaman now, tukang gigi palsu banyak bertebaran
di sudut kampung di Jakarta. Namun, bicara sejarah dan ke’orisinal’-an dari tukang gigi itu, bolehlah kita berpaling ke
Jatinegara. Salah satu sudut sejarah tukang gigi palsu di Jakarta yang masih
tersisa ada di ruas Jalan Jatinegara Barat. Disinilah terdapat deretan toko
pembuat gigi palsu yang telah dirintis oleh para imigran dari tionghoa saat
mereka hijrah dan menetap di Jakarta. Lokasinya hanya sepelemparan batu dari
bioskop Nusantara, yang sayangnya kini telah almarhum.
Ada empat toko
gigi palsu yang menghiasi jalan sepanjang satu setengah kilometer itu, selain toko
karpet, terpal, plastik, dan aneka kebutuhan lainnya. Paling selatan ada Toko
Gigi Ekadi Kasim, sebelahnya ada Tukang Gigi Makmur, kemudian Tukang Gigi Indah,
dan diujungnya Tukang Gigi Bandung. Toko/Tukang Gigi Makmur, misalnya, toko ini
telah ada sejak tahun 1926, jauh sebelum Indonesia merdeka. Menurut Jayadi (65),
pembuat gigi di Tukang Gigi Makmur, ia telah menekuni dunia per-gigi-an sejak
zamannya Bung Karno, di tahun 1964. Sewaktu tukang gigi belum banyak di
Jakarta, keempat toko ini pernah memasuki masa keemasan. Waktu itu bahkan toko
tutup hingga malam. Zaman terus berganti, di masa Ali Sadikin, sekitar tahun
70-an, keempat toko ini terkena pelebaran jalan. Beruntung bisnis mereka tidak
gulung tikar. Kini profesi itu masih berlanjut dan diteruskan oleh generasi
ketiga atau cucu.
Bicara kualitas
dan kerapihan, para tukang gigi palsu boleh diadu dengan dokter gigi tamatan
universitas ternama sekalipun. Gigi palsu buatan mereka sangat bagus dan awet. Bahkan,
dokter gigi yang buka praktek pun banyak yang memesan untuk dibuatkan gigi
palsu ke mereka. Meski hasil kerja mereka memuaskan, namun untung-untungan juga,
dalam arti ada juga hasil buatan mereka yang kurang presisi sedikit. Ada yang
enak dan nyaman dipakai, adapula yang mesti berkali-kali datang untuk meng-epaskan
‘stelan’nya. Karena bila kurang sedikit saja (stelan-nya), maka makan apapun
takkan terasa nikmat. Terlepas dari itu, hasil pembuatan gigi palsu, yang
berfungsi sebagai estetika, patut diapresiasi. Pasalnya tanpa kemahiran tangan
mereka mengolah cetakan gigi (dinamakan Modano, bahan yang diimpor dari Jerman)
dapat dipastikan penampilan kita saat tersenyum bukannya bertambah manis, namun
akan semakin hancur lantaran ompong, heheh..
Oh ya, urusan
ompong ternyata bukan domain para manula ataupun rakyat jelata. Ada beragam orang
dengan status sosial yang macam-macam yang datang ke tukang gigi di Jatinegara.
Ada selebritis, ada politisi, dan banyak pula rakyat kebanyakan. Mereka datang
tentu dengan kondisi dimana gigi depan mereka ompong atau tanggal. Dari
penuturan Jayadi, ada beragam sebab yang membuat gigi mereka tanggal, seperti
jatuh akibat tabrakan dimana gigi depan membentur aspal. Adapula yang
patah/copot giginya akibat berkelahi, kena tonjok, dsb. Paling banyak tentu
karena kecelakaan.
Maka, bila
anda mengalami masalah dengan tanggalnya gigi, jangan berkecil hati. Segeralah
ke dokter gigi untuk mengobati luka di gusi anda, lalu pergilah ke tukang gigi
palsu. Bila ragu dengan banyaknya tukang gigi yang ada, tak ada salahnya anda
mencoba tukang gigi yang berlokasi di Jatinegara. Saya jamin penampilan dan
senyum anda akan semakin menawan dengan gigi palsu buatan para tukang gigi. Dan,
inilah salah satu warisan Jakarta yang tersisa untuk anda, si ompong, hehe..
Cara Bermain Slot X-O Manowar Ayo Daftar Sekarang Juga Dan Dapatkan Bonus Berlimpah !!!
BalasHapus